ENERGIINFONews

Satu Tahun Prabowo–Gibran, PGE Mantapkan Peran sebagai Tulang Punggung Transisi Menuju Kedaulatan Energi Nasional

PGE adalah tulang punggung transisi energi Indonesia. Dengan potensi panas bumi nasional mencapai 24 gigawatt atau sekitar 40 persen dari cadangan dunia

Konstruksi Media — Memasuki satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) menegaskan komitmennya sebagai tulang punggung transisi energi Indonesia. Melalui pengelolaan dan pemanfaatan panas bumi secara berkelanjutan, PGE berperan penting dalam memperkuat fondasi kedaulatan energi nasional menuju masa depan hijau.

Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menyampaikan bahwa arah kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kemandirian energi nasional menjadi dorongan utama bagi PGE dalam memperluas pengelolaan potensi panas bumi di berbagai wilayah Tanah Air.

“PGE adalah tulang punggung transisi energi Indonesia. Dengan potensi panas bumi nasional mencapai 24 gigawatt atau sekitar 40 persen dari cadangan dunia, kami memiliki mandat besar untuk mengubah potensi ini menjadi kekuatan nyata bangsa. Melalui pengelolaan yang bertanggung jawab, kami memastikan energi bersih menjadi fondasi kedaulatan dan masa depan hijau Indonesia,” ujar Julfi.

Pertamina Geothermal Energy
Pertamina Geothermal Energy

Selama satu tahun terakhir, PGE mencatat berbagai pencapaian strategis. Salah satunya adalah beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 (55 MW) di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, yang menjadi simbol kemajuan teknologi efisien dan ramah lingkungan di sektor panas bumi nasional.

Baca juga: PGE Tegaskan Komitmen Percepatan Transisi Energi di Forum HIPMI–Danantara 2025: Dorong Indonesia Menuju Visi Emas 2045

Selain itu, PGE telah memulai pembangunan PLTP Gunung Tiga (55 MW) di Ulubelu, Lampung, sejak Agustus 2025. Proyek ini diharapkan memperkuat sistem kelistrikan Sumatera sekaligus menjadi tonggak penting dalam pencapaian target PGE mencapai 1 gigawatt (GW) kapasitas terpasang mandiri dalam 2–3 tahun ke depan, serta 1,8 GW pada 2033.

Pertamina Geothermal Energy
Pertamina Geothermal Energy

Sebagai bagian dari komitmen menuju ekonomi hijau, PGE juga mengembangkan Green Hydrogen Pilot Project di Ulubelu. Proyek ini membangun rantai nilai hidrogen hijau — mulai dari produksi, distribusi, hingga pemanfaatan sebagai langkah awal menuju industri rendah karbon dan mendukung pencapaian target Net Zero Emission 2060.

Dari sisi keberlanjutan, PGE terus memperkuat penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). PGE berhasil masuk dalam daftar Top 50 ESG Global versi Sustainalytics dengan skor risiko ESG 7,1 atau tingkat risiko yang dapat diabaikan (negligible risk). Hingga kini, PGE juga telah meraih 18 penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), termasuk 14 kali berturut-turut oleh PGE Area Kamojang, sebuah rekor di industri panas bumi nasional.

Tidak hanya berfokus pada pengembangan energi, PGE juga mengedepankan pemberdayaan masyarakat melalui program Direct Use Geothermal. Program ini memanfaatkan panas bumi secara langsung untuk kegiatan produktif, seperti pengeringan kopi (Geothermal Dry House), budidaya melon geothermal, serta produksi pupuk Geo-fert yang dikeringkan dengan sisa uap panas bumi. Inisiatif ini mendorong pertumbuhan ekonomi lokal sekaligus memperkuat peran masyarakat dalam ekosistem transisi energi berkelanjutan.

Saat ini, PGE mengelola total kapasitas panas bumi sebesar 1.932 megawatt (MW), yang terdiri atas 727 MW dioperasikan langsung oleh PGE dan 1.205 MW melalui skema Joint Operation Contract (JOC) bersama mitra strategis. Energi bersih yang dihasilkan PGE mampu menyuplai listrik untuk lebih dari dua juta rumah tangga, serta menurunkan emisi karbon hingga 10 juta ton CO₂ per tahun, mempertegas peran PGE dalam mewujudkan kedaulatan energi nasional yang berkelanjutan. (***)

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp
Banner Kiri
Banner Kanan