
Konstruksi Media — PT PP (Persero) Tbk atau PTPP, anggota BUMN Karya, memutuskan untuk tidak membagikan dividen dari laba bersih tahun buku 2024. Keputusan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar di Wisma Subiyanto, Jakarta Timur, Rabu (30/4/2025).
Direktur Utama PTPP Novel Arsyad menjelaskan, seluruh laba bersih sebesar Rp 415 miliar yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk akan digunakan sebagai dana cadangan.
“Keuntungan 2024 akan dicadangkan seluruhnya sebagai penguatan modal,” ujar Novel.
Laba bersih PTPP tahun 2024 turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp481 miliar. Direktur Keuangan Agus Purbianto menyebut keputusan ini dilatarbelakangi oleh kondisi modal kerja yang ketat di sektor konstruksi, khususnya BUMN Karya, serta sifat proyek pemerintah yang berjalan bertahap.
“Triwulan pertama ini, beberapa anggaran baru dibuka, terutama untuk proyek IKN. Dana cadangan ini akan memperkuat struktur permodalan kami,” ungkap Agus.
Sebagai catatan, terakhir kali PTPP membagikan dividen adalah pada tahun buku 2019 sebesar Rp209 miliar, dengan rasio pembayaran dividen sebesar 22,5% dari laba bersih saat itu.
Divestasi Anak Usaha dan Aksi Korporasi Lainnya
Dalam RUPST, pemegang saham juga menyetujui beberapa aksi korporasi penting, antara lain:
- Divestasi saham di PT PP Infrastruktur
- Divestasi saham di PT Celebes Railway Indonesia
- Penetapan remunerasi dan tantiem bagi direksi dan dewan komisaris tahun buku 2024 dan 2025
Secara keseluruhan, RUPST membahas sembilan mata acara strategis untuk keberlangsungan bisnis PTPP.
Kontrak Baru Kuartal I-2025 Tembus Rp6,3 Triliun
Meski laba menurun, kinerja operasional PTPP menunjukkan tren positif. Hingga akhir Maret 2025, perusahaan mencatat kontrak baru senilai Rp6,275 triliun, naik 32% secara tahunan.
Sekretaris Perusahaan Joko Raharjo menjelaskan, lonjakan ini terutama didorong oleh keberhasilan mengamankan proyek pelabuhan NPEA Seksi II senilai Rp2,33 triliun pada Maret 2025.
Kontribusi kontrak baru berdasarkan sektor:
- Pelabuhan: 37,2%
- Gedung: 32,9%
- Jalan dan jembatan: 22,6%
- Bendungan: 4,3%
- Irigasi: 2,8%
- Minyak dan gas: 0,3%
“Dengan nilai kontrak yang meningkat 116% dari Februari, kami optimistis mencapai target pemasaran tahun 2025,” tegas Joko. (***)