Refocusing Anggaran, Ini Strategi DKI Garap Proyek Trotoar Saat Pandemi
Konstruksi Media – Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, Hari Nugroho mengatakan bahwa pada tahun ini Pemprov DKI akan kembali melanjutkan proyek infrastruktur trotoar di beberapa titik di wilayah DKI Jakarta.
Hal itu disampaikan Hari saat menjadi pembicara dalam acara webinar bertajuk ‘Geliat Infrastruktur DKI selama Pandemi’ yang diselenggarakan Konstruksi Media pada Senin (23/8).
“Kami sudah membuat roadmap dari skala prioritas pedestrian di hampir 29 ruas jalan kategori protokol maupun kolektor (primer). Tentunya dengan struktur anggaran yang terimbas karena Covid-19 ini terjadi refocusing sehingga anggaran yang tadinya untuk 120 kilometer (km) per tahun dengan total anggaran Rp 1 triliun, yang terealisasi hanya sekitar Rp 20 miliar di tahun 2020,” ujar Hari di Jakarta, Senin (23/8/2021).
- Kementerian PU Dukung dan Wujudkan Visi Asta Cita Swasembada Pangan
- Ditargetkan Selesai Awal 2025, Kemen PU Kebut Pembangunan Bendungan Jlantah
- Bertemu Menteri Perhubungan, Erick Thohir Bahas Efisiensi Biaya Logistik
“Tahun 2021 ini, Alhamdulillah anggaran untuk trotoar naik meskipun tidak signifikan. Dari tahun lalu yang dianggarkan Rp 1 triliun, sekarang di tahun 2021 yah anggaran di bawah Rp 100 miliar, lanjutnya.
Hari menjelaskan, dengan struktur anggaran infrastruktur trotoar seperti itu, pihaknya harus membuat skala prioritas dalam merealisasikan proyek tersebut. Misalnya mendahulukan pembangunan trotoar di Kebayoran Baru, di Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Senopati, dan Jalan Gunawarman karena ruas jalan itu masuk dalam kawasan TOD Blok M.
“Harapannya ketika penumpang masuk Stasiun MRT Blok M, mereka dapat lebih mudah mengakses transportasi lain. Dari TOD tadi kami juga membangun di lima wilayah yang memang menjadi KSD Pemerintah Kota. Contoh kami buat di kawasan Duri Kosambi dan Puri Wangi di Jakarta Barat,” katanya.
“Kemudian jalan di Jakarta Timur ada di Jalan Layur, Jakarta Utara ada di Danau Sunter, dan di Jakarta Pusat ada Jalan Raden Saleh untuk menghubungkan kawasan Cikini dan Salemba. Jakarta Selatan di sana ada TOD Tebet, kami buat di Jalan Raya Tebet untuk pedestriannya,” sambungnya.
Lebih lanjut Hari menuturkan, jika pada tahun 2022 anggaranya kembali ditambah menjadi Rp. 150 Miliar, pihaknya berencana menggunakan skema skala prioritas seperti pada tahun sebelumnya. Misalnya, kata Hari, proyek trotora bergeser ke daerah Juanda, KH Mas Mansyur, Proklamasi dan sebagainya.
“Skala prioritas kami adalah untuk bisa mengimplementasikan bahwa pedestrian itu adalah suatu ciri khas kota modern, agar pejalan kaki merasa nyaman, aman, dan bisa menikmati mobilitasnya,” ungkapnya.
Sementara itu, disinggung mengenai jalan kendaraan bermotor yang semakin menyempit dan trotoar melebar, Hari menjelaskan bahwa Pemprv DKI hanya mengkonsistensi semua lajur jalan menjadi 3,5 meter dari semula yang bervariatif.
“Mungkin bisa dilihat lajur jalannya itu bervariasi, ada yang memiliki lima lajur, ada yang empat lajur dan tiga lajur. Nah kami mengkonsistensi lajur itu menjadi tiga lajur semua. Jadi tiga lajur jalan mungkin rata-rata satu lajur sekitar 3,5 meter, sisanya kami buat untuk trotoar,” tuturnya.
“Upaya mengonsistenkan lajur jalan bertujuan untuk menghindari kemacetan karena adanya penyempitan jalan seperti bottleneck. Jadi kami konsep, semuanya tiga lajur, nah sisanya untuk pedestrian,” pungkasnya.***