
Rahasia Keawetan Beton Romawi: Inovasi Teknik Konstruksi Kuno
Bukti nyata dari ketahanan beton Romawi bisa dilihat pada Pantheon, bangunan yang telah berusia hampir 2.000 tahun dan masih berdiri megah hingga kini.
“Gagasan bahwa keberadaan gumpalan kapur ini hanya akibat kualitas kontrol yang buruk selalu mengganggu saya,” kata Masic. “Jika bangsa Romawi begitu teliti dalam membuat material konstruksi yang luar biasa, mengapa mereka tidak berusaha memastikan pencampuran yang sempurna? Pasti ada sesuatu yang lebih dari ini.” Dengan menggunakan berbagai teknik analisis canggih, tim peneliti menemukan bahwa beton Romawi kuno tidak hanya menggunakan kapur yang sudah dicampur air (slaked lime), tetapi juga menggunakan kapur cepat (quicklime) dalam proses yang disebut ‘hot mixing’ atau pencampuran panas.
Keunggulan Teknik ‘Hot Mixing’
Dalam metode hot mixing, quicklime dicampurkan langsung dengan pozzolana dan air pada suhu sangat tinggi. Hasilnya adalah gumpalan kapur yang tidak hanya mempercepat waktu pengerasan beton, tetapi juga memberikan efek perbaikan diri sendiri (self-healing) pada beton. Ketika retakan mulai muncul, retakan tersebut cenderung mengarah ke gumpalan kapur yang memiliki luas permukaan lebih besar dibandingkan partikel lain dalam beton. Saat air masuk ke dalam retakan, ia bereaksi dengan kapur dan menghasilkan larutan kaya kalsium. Larutan ini kemudian mengering dan mengeras menjadi kalsium karbonat, yang menyegel kembali retakan dan mencegahnya membesar. Kemampuan self-healing ini telah diamati dalam beton Romawi di makam Caecilia Metella dan dinding laut Romawi yang telah bertahan lebih dari 2.000 tahun meskipun terus menerus dihantam ombak.
Pengujian dan Aplikasi Masa Depan
Untuk membuktikan teori mereka, tim peneliti membuat beton pozzolanik dengan resep kuno dan modern menggunakan quicklime. Mereka juga membuat beton kontrol tanpa quicklime. Hasilnya, beton dengan quicklime mampu memperbaiki retakan dalam waktu dua minggu, sedangkan beton kontrol tetap retak. Saat ini, tim peneliti sedang bekerja untuk mengembangkan dan mengkomersialkan beton ini sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan beton modern.
“Sangat menarik membayangkan bagaimana formula beton yang lebih tahan lama ini dapat memperpanjang usia layanan material konstruksi dan meningkatkan daya tahan beton cetak 3D,” kata Masic. Penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal Science Advances dan berpotensi mengubah cara industri konstruksi memandang beton di masa depan.(***)