INFOMiningNews

PT Vale, Penopang Utama Ekonomi Luwu Timur dan Harapan Tenaga Kerja Lokal

Sumber pertumbuhan ekonomi daerah, tetapi juga membuka peluang kerja luas bagi masyarakat lokal dan rekanan di sekitarnya

Konstruksi Media — PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dinilai berperan besar dalam menopang perekonomian dan ketenagakerjaan di Kabupaten Luwu Timur. Keberadaan perusahaan tambang nikel tersebut tidak hanya menjadi sumber pertumbuhan ekonomi daerah, tetapi juga membuka peluang kerja luas bagi masyarakat lokal dan rekanan di sekitarnya.

“Vale adalah salah satu penopang ekonomi dan ketenagakerjaan di Luwu Timur yang sangat strategis. Kita harus bangga, tapi juga harus mengawal. Pemerintah, masyarakat, dan Vale harus bersinergi. Kalau tidak, potensi besar ini bisa tidak optimal,” ujar Kepala Dinas Ketenagakerjaan Luwu Timur, Kamal Rasyid, saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Menurut Kamal, kontribusi Vale tercermin dari kinerja ekonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Luwu Timur kini mencapai Rp350 miliar dengan APBD sekitar Rp2,1 triliun, sementara Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Luwu Timur menempati posisi kedua tertinggi di Sulawesi Selatan, yakni sekitar Rp3,735 juta.

“Dari semua pendapatan daerah itu, Vale berkontribusi besar. Jadi wajar kalau masyarakat memiliki harapan tinggi terhadap perusahaan ini,” kata pejabat lulusan IPDN tersebut.

Dorongan Investasi di Pendidikan dan Pemberdayaan Lokal

Kamal menilai, ke depan Vale perlu memperluas investasinya pada sektor pendidikan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Menurutnya, keberlanjutan manfaat ekonomi akan terjamin apabila masyarakat memiliki kompetensi dan akses terhadap pendidikan yang lebih tinggi.

“Kesinambungan pelajar, pemuda, dan pekerja harus dibangun melalui inkubasi, beasiswa, dan afirmasi. Vale perlu berani berinvestasi di pendidikan formal — bukan hanya vokasi — mulai dari SMA, SMK, hingga perguruan tinggi, bahkan ke level internasional. Itu kunci keberlanjutan,” ujarnya.

Meski demikian, Kamal memahami masih ada sebagian pihak yang menilai kehadiran Vale belum sepenuhnya memberikan manfaat optimal bagi masyarakat. Ia menilai hal tersebut sebagai dinamika sosial yang wajar.

“Dalam masyarakat, tidak semua pihak akan puas. Ada aspirasi yang tersalurkan, ada yang tidak. Kalau muncul kritik, itu hal biasa. Dari sisi pemerintah, kalau ada manfaat, kami maksimalkan. Kalau ada masalah, kami perbaiki. Pemerintah juga berperan memediasi agar tuntutan yang belum terpenuhi bisa dijelaskan dan, bila memungkinkan, dicari solusinya,” tuturnya.

Porsi Tenaga Kerja Lokal Terus Meningkat

Kamal menjelaskan bahwa dalam perekrutan tenaga kerja di Vale terdapat dua kategori besar, yakni staff-up dan non-staff.

Kategori staff-up meliputi posisi engineer, supervisor, hingga manajerial yang umumnya membutuhkan kualifikasi pendidikan tinggi (S1/S2). “Untuk kategori ini, persaingan cukup ketat karena kualifikasi tinggi, tetapi jumlah pelamar tidak terlalu besar,” ujarnya.

Kategori non-staff biasanya diisi oleh lulusan SMA hingga D3 dan menjadi segmen dengan persaingan paling ramai di kalangan warga lokal.

Baca juga: PT Vale Indonesia Diakui Sebagai Model Investasi Tambang Bertanggung Jawab

“Untuk staff-up, serapan tenaga kerja lokal tahun ini meningkat menjadi sekitar 75%. Sedangkan untuk non-staff, sempat mencapai hampir 100% tenaga lokal, sekitar 113–120 orang dalam satu angkatan,” jelasnya.

Berdasarkan Laporan Keberlanjutan 2024, PT Vale Indonesia Tbk menunjukkan komitmen kuat terhadap pemberdayaan masyarakat sekitar dengan serapan tenaga kerja lokal mencapai 83% dari total 3.038 karyawan. Sebagian besar berasal dari wilayah operasi utama di Luwu Timur, dengan kebijakan rekrutmen yang memprioritaskan warga setempat sebelum membuka peluang bagi tenaga kerja luar daerah.

Selain itu, Vale secara aktif menjalankan program pelatihan dan pengembangan kompetensi melalui kerja sama dengan berbagai lembaga vokasi di sekitar tambang. Program ini dirancang agar masyarakat lokal memiliki keahlian relevan dengan kebutuhan industri, sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi daerah.

Perluasan Peran Pendidikan untuk Level Manajerial

Kamal juga mengapresiasi komitmen Vale dalam menjalankan berbagai program pendidikan seperti politeknik, SMA, dan pelatihan vokasi. Namun, ia menegaskan bahwa investasi di pendidikan formal jangka panjang tetap diperlukan agar masyarakat lokal dapat naik kelas ke posisi strategis dalam struktur perusahaan.

“Kalau hanya vokasi, hasilnya cepat. Tapi untuk level staff-up, butuh waktu panjang. Pendidikan formal dan pengalaman masih menjadi kendala utama. Kami mendorong adanya program afirmasi lokal agar anak-anak daerah mendapat peluang khusus, tapi tetap dengan implementasi yang hati-hati agar tidak menimbulkan konflik sosial,” ujarnya.

Menjaga Sinergi dan Keberlanjutan

Menurut Kamal, kunci keberhasilan hubungan antara Vale, masyarakat, dan pemerintah daerah terletak pada komunikasi yang terbuka dan sinergi berkelanjutan. Dengan sumber daya manusia yang semakin siap, sektor pendidikan yang kuat, dan dukungan industri seperti Vale, Luwu Timur diyakini dapat tumbuh menjadi model pembangunan daerah berbasis pertambangan berkelanjutan di Indonesia.

“Kita tidak boleh hanya bangga dengan potensi besar Vale, tetapi juga memastikan manfaatnya nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal,” pungkasnya. (***)

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp
Banner Kiri
Banner Kanan