InfrastrukturJalan

Progres Pembangunan Tol Semarang-Demak Melawan Fenomena Atlantis

Jalan tol sepanjang 27 km ini memiliki dua seksi yakni Semarang/Kaligawe-Sayung sepanjang 10,69 km.

Konstruksi Media – Pembangunan Atlantis Indonesia atau Jalan Tol Semarang-Demak yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) ditargetkan selesai sebelum tahun 2024. Namun, masih terkendala pengadaan lahan lantaran fenomena tanah musnah atau tanah yang berubah bentuk karena peristiwa alam.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah menyampaikan arahan terkait percepatan pembangunan Tol Semarang-Demak yang saat ini masih terkendala isu tanah musnah dalam trase tol itu.

“Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kementerian ATR/BPN bersama Kemenko Perekonomian akan segera menyelesaikan upaya percepatan penyelesaian tanah musnah baik regulasi maupun teknis pelaksanaannya,” kata Airlangga mengutip keterangan pers, Selasa (17/5/2022).

Kendala tanah musnah ini berada pada seksi 1 yang dulunya merupakan daratan dan saat ini sudah terendam air laut, sehingga menyerupai fenomena atlantis kota yang terendam. Sehingga hal ini menjadi kendala saat melakukan ganti rugi kepada pemilik lahan.

Untuk itu telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2022 tentang Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan Atas Tanah yang Diidentifikasi Sebagai Tanah Musnah Dalam Rangka Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Nantinya, peraturan ini bisa dijadikan landasan hukum dan acuan untuk perhitungan pembebasan lahan.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit mengatakan, progres pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 2 Sayung-Demak telah mencapai 80,63 persen.

“Tol Semarang-Demak ditargetkan selesai konstruksi pada akhir 2022,” ucap Danang, mengutip Antara, Senin (16/5/2022)

Baca juga: 7 Tahun 1.900 Km, Jokowi: Sebelumnya 40 Tahun 780 Km

Kehadiran Jalan Tol Semarang-Demak diharapkan semakin melengkapi konektivitas jaringan jalan tol dan arteri utama sisi utara Jawa dan ditambah dengan fasilitas Tanggul Laut Kota Semarang, maka akan semakin mendukung pusat ekonomi baru di Jawa Tengah. Bukan itu saja, jalan tol ini juga difungsikan sebagai penahan banjir rob serta mengatasi banjir yang selama ini menjadi permasalahan di Kota Semarang.

“Jalan tol sepanjang 27 km ini memiliki dua seksi yakni Semarang/Kaligawe-Sayung sepanjang 10,69 km yang merupakan porsi pemerintah dengan target selesai konstruksi pada 2024,” kata dia.

Sementara itu, Seksi 2 ruas Sayung-Demak sepanjang 16,31 km merupakan porsi badan usaha jalan tol (BUJT) PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak. Jalan Tol Semarang-Demak dilengkapi dua simpang susun (SS), yakni Sayung dan Demak. Konstruksi jalan juga menggunakan produk dalam negeri berupa beton precast PT WIKA Beton.

Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak terintegrasi tanggul laut dengan struktur timbunan di atas laut juga diperkuat matras bambu setebal 17 lapis. Selain sistem matras bambu, penguatan kondisi tanah dilakukan juga dengan cara pemasangan material pengalir vertikal prafabrikasi atau PVD serta melaksanakan pembebanan menggunakan material pasir laut yang diambil menggunakan alat Trailing Suction Hopping Dredger (TSHD).

Dalam upaya meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dari pembangunan tol, Kementerian PUPR bekerja sama pemerintah daerah menyiapkan program relokasi lahan mangrove di sekitar pembangunan ruas Semarang-Sayung. Terdapat tiga lokasi mangrove yang direlokasi dengan total luas 46 hektare.

Upaya pelestarian kawasan mangrove tersebut bertujuan untuk mempertahankan fungsinya sebagai habitat flora dan fauna di pesisir Pantai Utara Jawa serta melindungi daerah garis pantai, termasuk mengurangi risiko abrasi.

Selain sebagai paru-paru segar di wilayah sekitar, sistem akar pohon bakau yang kokoh juga semakin membantu membentuk penghalang alami terhadap gelombang badai dan banjir. Sedimen sungai dan darat terperangkap oleh akar, yang melindungi daerah garis pantai dan memperlambat erosi.

Baca artikel selanjutnya:

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp