imported

Profesor ITS Soroti Partisipasi Masyarakat dalam Rancang Kota Berkelanjutan

Lanskap perkotaan yang berkelanjutan artinya kota yang melibatkan banyak faktor dalam perancangannya.

Konstruksi Media – Profesor ke-176 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Dr Ing Ir Bambang Soemardiono mengatakan, lanskap dan desain perkotaan semestinya tak hanya memperhatikan aspek fisik, tetapi juga perasaan nyaman masyarakat di dalamnya. Alasan ini yang memantiknya dalam mendalami riset di bidang lanskap dan desain perkotaan berkelanjutan.

“Lanskap perkotaan yang berkelanjutan artinya kota yang melibatkan banyak faktor dalam perancangannya. Tak hanya aspek fisik (kenampakan alam), tetapi juga aspek lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi. Termasuk dalam hal ini, kita tidak bisa melupakan aspirasi, pemikiran, serta partisipasi manusia di dalamnya,” jelas Guru Besar Departemen Arsitektur ITS itu.

Hal tersebutlah yang juga diterapkan oleh lelaki kelahiran Surabaya ini dalam berbagai penelitiannya, seperti dalam perancangan Streetscape (pemandangan jalan) Koridor Tunjungan Surabaya. Konsep yang dihasilkan di antaranya terdapat dalam desain ulang trotoar dengan daya tarik dan ruang lebar bagi pejalan kaki, distribusi jalur pepohonan yang merata, pengembangan halte bus yang nyaman, hingga ruang untuk seni publik yang inovatif.

Baca juga: PUPR Beri Penilaian Jalan Tol Jakarta-Bandung, Butuh Peningkatan Ekonomi Lokal

Bambang mengatakan, keterlibatan masyarakat dalam kasus tersebut terdapat pada saat pengumpulan pendapat, ide, hingga kekhawatiran mengenai koridor tunjungan di tahap awal perancangan. Pengumpulan pendapat ini dilakukan dengan berbagai metode, seperti diskusi kelompok atau focus group discussion (FGD) hingga wawancara.

“Metode ini memperhatikan aspek kualitatif. Bukan jumlahnya, tetapi keterwakilan masyarakat dari berbagai kalangan,” ucapnya.

Hal yang sama juga diterapkan dalam risetnya pada studi kasus lain, seperti desain Taman Publik Porong di Sidoarjo. Terbilang menantang, desain yang berkelanjutan untuk taman tersebut dibangun di tempat bekas luapan lumpur Sidoarjo. Lebih lanjut, ia juga menceritakan pengalamannya dalam mendesain Pengembangan Kali Code di Yogyakarta hingga dapat meningkatkan daya tarik masyarakat dengan membagi wilayah di sekitar bantaran sungai menjadi zona-zona khusus.

Menurut profesor yang juga musisi ini, ada beragam bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam perancangan perkotaan. Selain penggalian informasi melalui diskusi secara langsung, kompetisi di bidang desain juga dapat menjadi sarana penampung aspirasi masyarakat.

Baca juga: Penilaian Tol Jakarta-Merak dan Serang-Panimbang, Utamakan Kenyamanan Pengguna

“Pada intinya, partisipasi aktif tak hanya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang desain perkotaan, tapi juga memengaruhi kesejahteraan dan kualitas hidup mereka,” ucap Bambang.

Guru Besar yang dikukuhkan 2 November lalu ini mengatakan, perancangan perkotaan sebagai hunian saat ini telah menjadikan manusia sebagai pusatnya. Sudah semestinya perencanaan dan perancangan kota berbasis masyarakat diterapkan untuk mewujudkan kontribusi kolektif dari seluruh komunitas.

“Termasuk, jangan sampai manusia di dalamnya mengganggu faktor alam yang telah ada di suatu wilayah,” ujar dia.

Artikel Terkait

Back to top button