Konstruksi Media — Kompleksitas sistem industri modern kerap menuntut solusi yang tidak hanya canggih, tetapi juga efisien dan mudah diterapkan. Gagasan inilah yang menjadi inti orasi ilmiah Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Dr (HC) Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD, saat dikukuhkan sebagai Profesor ke-232.
Dalam penyampaiannya, Bambang memaparkan pendekatan baru yang menyederhanakan penerapan sistem kontrol canggih Model Predictive Control (MPC), agar lebih realistis diadopsi oleh industri. Ia menegaskan bahwa sistem otomasi merupakan jantung dari era Industri 4.0.
Selama ini, mayoritas industri masih mengandalkan sistem kontrol konvensional Proportional Integral Derivative (PID). “Sistem PID ini sederhana dan andal untuk banyak kebutuhan, tetapi mulai kewalahan menghadapi proses industri modern yang kompleks, multivariat, dan dinamis,” jelasnya.

Sebagai alternatif, MPC menawarkan kemampuan yang lebih maju. Tidak seperti PID yang hanya bereaksi pada kondisi saat ini, MPC dapat memprediksi keadaan sistem di masa depan. “Analogi sederhananya, MPC itu seperti pecatur andal yang berpikir beberapa langkah ke depan sebelum bertindak,” tutur Bambang.
Kemampuan prediktif ini membuat MPC sangat menjanjikan untuk sektor manufaktur presisi, energi, robotika, dan industri proses lainnya. Namun, penerapannya kerap terganjal pada proses tuning parameter yang rumit, membutuhkan waktu lama, serta memerlukan keahlian khusus.
Baca juga: ITS Cetak 1.600 Wirausaha Muda SMA Double Track dan Torehkan Rekor MURI
Untuk menjawab tantangan tersebut, Bambang mengembangkan strategi penalaan baru berbasis konsep Shifting Factor. Metode ini menyederhanakan proses penyetelan parameter secara signifikan, sehingga lebih cepat, efisien, dan praktis diterapkan tanpa memerlukan perhitungan yang kompleks. “Tujuannya agar teknologi ini tidak berhenti di meja laboratorium, tetapi benar-benar digunakan industri,” tegasnya.

Hasilnya telah terbukti dalam berbagai penerapan nyata. Di industri manufaktur presisi seperti injection molding, pendekatan ini meningkatkan kualitas produk sekaligus menekan tingkat kegagalan. Di dunia robotika, metode tersebut mendukung pergerakan robot yang lebih cepat dan efisien tanpa mengorbankan stabilitas, termasuk untuk aplikasi pertahanan.
Bagi Guru Besar Departemen Teknik Mesin ITS ini, riset tersebut bukan sekadar capaian akademik. Ia berharap inovasi bidang sistem kontrol ini terus dikembangkan dan diadopsi secara luas. “Pada akhirnya, kita ingin mendukung kemandirian teknologi bangsa, memperkuat daya saing industri nasional, dan memberi dampak nyata bagi kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Penelitian yang dipaparkan dalam orasi ilmiah Rektor ke-13 ITS ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi serta poin 9 tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur. (***)




