Produksi Chromebook, Google Indonesia Gandeng Produsen Laptop Lokal
Konstruksi Media – Google mengumumkan, ada enam produsen lokal (OEM) yang akan digandeng untuk memproduksi Chromebook pada tahun ini.
Enam OEM tersebut – Advan, Axioo, Evercoss, SPC, TSMID, dan Zyrex – berencana merekrut ribuan tenaga kerja selama dua tahun ke depan untuk memproduksi ribuan laptop hingga 2022.
Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf mengatakan, para produsen lokal ini juga berencana untuk membekali ribuan siswa sekolah kejuruan di Indonesia dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat Chromebook.
- Program Pikiran Terbaik Negeri Yayasan BUMN, Wujudkan Inovasi Nyata untuk Indonesia
- Ungguli 21 Tim lain, Tim Antasena ITS Juarai PLN ICE 2024 Inovasikan Motor Hidrogen
- Precise Interlock Brick, SIG Tawarkan Solusi Inovasi atas Tantangan Proyek 3 Juta Rumah
Ini akan melengkapi upaya Google untuk mentransformasi sistem pendidikan melalui pelatihan pengajar, pengembangan SDM, dan kemitraan lokal.
“Produksi Chromebook di Indonesia adalah suatu kebanggaan bagi kami di Google Indonesia. Kami berkomitmen untuk membantu meningkatkan pendidikan secara luas di Indonesia. Laptop yang terjangkau bagi pengajar dan pelajar telah menjadi pilar utama dalam upaya kami untuk memperluas akses pendidikan,” ujar Randy Jusuf dalam keterangan tertulis, Selasa (3/8/2021).
Keenam OEM lokal ini, kata Randy, diharapkan akan bekerja sama dengan sekolah kejuruan di seluruh negeri untuk memproduksi laptop, membantu membuka keran SDM baru, dan membangun fondasi kemampuan manufakturing yang lebih tinggi untuk masa depan.
CEO Zyrex, Timothy Siddik mengatakan, pihaknya mengaku bangga menjadi penyedia Chromebook di Indonesia. Terlebih, Zyrex sudah 25 tahun memproduksi laptop di tanah air.
“Terutama berpartisipasi dalam digitalisasi pendidikan yang sedang digalakkan di Kemendikbud Ristek. Kami sangat menghargai dan menghormati kebijakan pemerintah yang membela produk buatan Indonesia,” kata Timothy Siddik.
Diakuinya, pemakaian Chromebook juga memberikan kesempatan kepada adik-adik kita untuk belajar tentang teknologi informasi dan digitalisasi.
“Kita harus mempersiapkan mereka agar melek digital sehingga ke depan bisa bersaing dengan negara-negara tetangga dalam menghadapi globalisasi dan revolusi industri 4.0,” katanya.
Di sisi lain, Google telah mendukung pelatihan 400 ribu pengajar di Indonesia melalui kemitraannya dengan Refo Indonesia, yang telah menyiarkan puluhan webinar untuk mengakrabkan para pengajar dengan peralatan belajar online seperti Google Classroom.
Selain itu, 3.249 pengajar telah menjadi Pendidik Tersertifikasi Google dan diakui secara resmi untuk melatih rekan-rekan pengajar yang lain dalam menyesuaikan diri dengan teknologi belajar jarak jauh.
“Teknologi harus digunakan untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa Indonesia, mendukung minat belajar seumur hidup, dan mengembangkan Platform Pendidikan dan Keterampilan Nasional,” jelas Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Wikan Sakarinto.
Menurutnya, Kemendikbud Ristek tengah berusaha untuk mengembangkan inisiatif modernisasi teknologi pendidikan nasional. Pihaknya berharap, pembuatan Chromebook lokal serta peluncuran belajar.id di Google Workspace for Education akan mempercepat adopsi teknologi di lebih banyak sekolah dan membantu para pelajar.
Google juga telah memperbarui program Bebras Indonesia untuk juga mengajarkan keterampilan berpikir komputasional di sekolah-sekolah. Program Gerakan Pandai, yang diluncurkan pada 2020 dengan hibah senilai satu juta dolar (USD) dari lengan filantropi perusahaan Google.org, bertujuan melatih 22.000 pengajar di 22 kota.
Ketua Bebras Indonesia, Inggriani Liem, mengakui, target tersebut telah terlampaui dengan baik. Menurutnya, mengajarkan cara berpikir komputasional bisa dilakukan secara online melalui platform-platform seperti Google Workspace.
“Pandemi tidak hanya memaksa kita beralih ke platform digital, melainkan juga mengubah cara kita melakukan segala sesuatu ke arah yang lebih digital,” kata Inge.
“Oleh sebab itu, Bebras dan lebih dari 60 universitas telah melatih 27.054 pengajar di 75 kota dan kami dengan bangga melaporkan bahwa lebih dari 16.000 pelajar telah mulai belajar cara berpikir komputasional,” tambahnya. ***