Konstruksi Media – PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) bersama dengan PT Energy Management Indonesia (PT EMI) dan PT Alpha Rizki Tekhnologi (Artekno) melakukan penandatanganan nota kesepahaman MoU untuk pengembangan dan pengelolaan biomassa.
Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara mengatakan kolaborasi ini untuk memenuhi kebutuhan pasokan biomassa sebagai pengganti batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan memanfaatkan sumber daya setempat.
Hal tersebut sejalan dengan visi perusahaan menjadi solusi energi primer terintegrasi pertama se-Asia Tenggara.
PLN EPI memanfaatkan biomassa sebagai program co-firing bagi PLTU. Program ini tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca namun juga membangun ekonomi kerakyatan di mana masyarakat juga diberdayakan dalam penyediaan biomassa.
“Keterlibatan masyarakat dalam program ini akan membantu meningkatkan perekonomian dan memastikan sustainability pasokan biomassa dalam program co-firing bagi PLTU,” terang Iwan.
Baca Juga : PLN Serap Listrik dari PLTM Kandibata I 9,7 MW
Sementara, Direktur Utama PT EMI Surya Fitriadi mengungkapkan bahwa tuntutan terkait pemanfaatan biomassa untuk co-firing PLTU semakin besar di masa depan. Sehingga perlu membangun ekosistem yang kuat untuk bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
“Ini menjadi kesempatan untuk PT EMI yang tidak hanya menjadi aggregator tetapi juga membantu PLN EPI memasok biomassa PLTU,” beber Surya.
Senada dengannya, Direktur PT Alpha Rizki Tekhnologi Daymas Arangga menambahkan, MoU ini merupakan landasan awal kolaborasi terkait penyediaan biomassa atau bioenergi untuk pembangkit PLN.
Kolaborasi ini juga bagian dari upaya bersama mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) melalui penyediaan energi bersih dan terjangkau.
Menurut Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko, MoU ini telah dirintis sejak tahun lalu. Dalam kurun waktu tersebut sudah ada beberapa embrio kegiatan bersama yaitu mencari sumber biomassa setempat, mengumpulkan biomassa yang belum diproses di sekitar PLTU yang akan melakukan co-firing, serta melihat potensi fasilitas pasar produksi di mana PT Artekno terlibat sebagai investor dan PT EMI sebagai aggregator untuk penanaman biomassa melalui program CSR.
Untuk tahun 2023, lanjutnya, PLN EPI membutuhkan biomassa sekitar 1,05 juta ton. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat hingga 10 juta ton pada tahun 2025.
“Oleh karena itu, diperlukan kegiatan yang massif dalam mendukung kebutuhan biomassa untuk co-firing PLTU. Yakni dengan melakukan penanaman tanaman energi yang dimulai dengan ekosistem hutan energi serta mensinkronkan dengan rantai pasok biomassa dengan rantai pasok batu bara,” ujar dia.
Lebih jauh, dia menjelaskan bahwa di sekitar tambang batu bara terdapat lahan tidur yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan melakukan penanaman tanaman biomassa, masyarakat bisa merasakan dampak secara ekonomi dan sekaligus membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
“PLN akan terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung pemerintah mencapai target Net Zero Emission di tahun 2060 dan sekaligus mengupayakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan melalui program co-firing biomassa ini,” tandas Aris.
Baca Artikel Selanjutnya :