AsosiasiINFO

Petani Muda di Jatim Berhasil Kembangkan Selada Hidroponik, Sehari Produksi Sampai 20 Kg

Saat ini kami masih merasa kecil, dan pengin nambah greenhouse lagi, tentu ingin berkembang terus. Peluang pasarnya juga masih bagus kok. Bahkan kalau bisa hingga skala industri.

Konstruksi Media – Salah satu petani muda di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Jatim) yang menjadi anggota ‘Cocok Pangan Project’ bernama Dicky, berhasil mengembangkan usaha pertanian hidroponik komoditas selada. Mereka sukses memproduksi dengan kapasitas yang cukup besar setiap bulannya.

Dicky mengaku mulai mengembangkan ini sejak dua tahun lalu saat pandemi mengantam Indonesia.

“Selama setahun penuh ini (12 bulan), kami berhasil panen rutin setiap hari, melewati musim hujan dan kemarau, dengan rata-rata kapasitas produksi 15-20 kg/hari,” kata Dicky dikutp dari liputan6.com di Jakarta, Kamis (15/6/2023).

Baca juga: Susul Tol Cisumdawu, Hutama Karya Infrastruktur Pakai Geofoam di Tol Indralaya-Prabumulih

Dengan kapasitas produksi tersebut, Cocok Pangan mampu menghasilkan selada hidroponik hingga sekitar setengah ton setiap bulannya. Hal itu dicapai di atas lahan seluas 200 meter persegi saja.

“Keuntungan pertanian modern salah satunya itu. Intervensi teknologi memungkinkan kita bisa mengoptimalkan ruang. Juga bisa produksi rutin, seperti mesin, asalkan mau disiplin,” tutur Dicky.

Untuk diketahui, Cocok Pangan Project diinisiasi oleh empat anak muda lulusan perguruan tinggi ternama dan memiliki minat pada pertanian. Kini mereka mengelola dua greenhouse dengan kapasitas produksi 6.000-an lubang tanam yang terletak di Desa Kasreman, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Adapun pembiayaan untuk membangun pertanian hidroponik ini, Cocok Pangan memanfaatkan dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Mereka mendapatkan akses kredit untuk membuat greenhouse dan instalasi hidroponiknya.

“Kami manfaatkan dana KUR. Prosesnya mudah kok, dan bunganya rendah, apalagi waktu itu ada program khusus pandemi, jadi lebih terjangkau,” katanya.

Baca juga: InJourney Kesulitan Bayar Utang Proyek Pembangunan Sirkuit Mandalika Rp4,6 Triliun

Mudahnya akses pembiayaan itu mendorong Cocok Pangan Project untuk terus berkembang, apalagi peluang pasarnya masih sangat terbuka lebar.

“Saat ini kami masih merasa kecil, dan pengin nambah greenhouse lagi, tentu ingin berkembang terus. Peluang pasarnya juga masih bagus kok. Bahkan kalau bisa hingga skala industri,” kata Dicky.

Masa depan pertanian itu, menurut Dicky, salah satunya terletak pada pertanian modern. Dengan konsep pertanian-industri (industrial agriculture), hal itu akan memungkinkan pertanian yang selama ini dimaknai secara konvensional dengan bergantung pada alam, lalu dapat bergeser pada pertanian yang mampu berproduksi seperti mesin secara kontinu.

“Pertanian modern (hidroponik) memungkinkan untuk itu. Konsep ini dapat menjadikan produksi pertanian yang berlimpah dengan luas lahan yang minim, bahkan bisa meminimalkan dampak perubahan cuaca. Jadi produksi bisa terus jalan, apapun gejolak cuacanya,” kata alumnus Universitas Indonesia ini.

“Kuncinya pada pendekatan sains, intervensi teknologi, tata laksana yang presisi, repetisi, dan skala yang masif. Konsep industri itu yang pengen kita bawa pada pertanian,” ujar dia lagi.

Baca artikel lainnya:

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp