Konstruksi Media – Teknologi Rig fleet yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar menjadi kunci PT Pertamina Drilling Services Indonesi (PDSI) menjaga eksistensi dan membuktikan ketangguhannya, bahkan di masa pandemi yang menyebabkan triple shock bagi kegiatan hulu migas.
Hal itu ditegaskan oleh Direktur Utama PDSI Rio Dasmanto. Menurutnya, bagi industri hulu minyak dan gas bumi, pengeboran merupakan inti produksi. Blok migas dengan potensi besar sekalipun cenderung akan sulit memproduksikan migasnya jika tidak didukung kegiatan pengeboran mumpuni.
- Delegasi Persatuan Insinyur Indonesia Kunjungi Petrokimia Gresik di Jatim
- Dari Redaksi: Hari Bakti PU ke-79, Perkuat Infrastruktur Negeri
- Peringati Hari Bakti PU ke-79, Kementerian PU Donasikan Rp3,3 Miliar
Rio menuturkan, di kalangan industri migas Indonesia, kinerja pengeboran yang optimal erat kaitannya PDSI. Di usianya yang ke-13 tahun, PDSI telah menuntaskan ratusan kegiatan pengeboran dengan kategori sangat baik (operation excellence).
“Kinerja anak usaha Pertamina di bawah naungan Subholding Upstream Pertamina ini tidak lepas dari kekuatan investasi rig dan peralatannya. PDSI memiliki 47 rig yang terdiri dari 45 rig darat dan 2 rig laut dari beberapa tipe, yaitu mechanical, electrical, cyber conventional, cyber skidding, dan cyber walking,” ujar Rio dalam keterangan yang diterima di Jakara, Kamis (5/8/2021).
Dari ke-47 rig PDSI tersebut, kata Rio, enam rig merupakan investasi PDSI tahun 2020/2021. Empat rig merupakan rig darat, dua rig laut.
“Terkait rig laut, keduanya merupakan rig dengan tipe cyber. Pengembangan teknologi cyber di rig tersebut sepenuhnya dilakukan oleh perwira-perwira PDSI dan didesain khusus untuk kegiatan workovers di PHE OSES,” katanya.
Rio menjelaskan bahwa selain tipe, kapasitas ke-47 rig ini memiliki jenis beragam sesuai dengan jenis jasa dan layanan PDSI, yakni mulai dari 250-750 HP (horse power), 1000 HP, 1500 HP, dan 2000 HP.
“Keandalan rig PDSI ini sudah kami buktikan di banyak kegiatan operasi pengeboran kami. Tidak hanya di pengeboran di captive market kami, tapi juga di luar itu. Contohnya di Exxon Mobil (EMCL) dan Vico Indonesia,” ungkapnya.
Rig Berteknologi Cyber
Project Manager Middle East PDSI Firmansyah Arifin mengungkapkan, rig dengan teknologi cyber, skidding, dan walking system mampu mengoptimalkan kinerja operasi pengeboran dan menciptakan efisiensi signifikan, terutama terkait dengan fuel consumption dan moving time.
“Khusus walking system rig, yang cocok untuk batch drilling, bahkan mampu menciptakan efisiensi atau menghemat waktu hingga 30 persen dari jadwal operasional,” ungkap Firmansyah.
Cyber conventional rig merupakan rig yang dapat dioperasikan dan dikontrol dengan sistem yang terintegrasi satu sama lain. Pengoperasiannya sudah terkomputerisasi dengan teknologi layar sentuh (touch screen). Teknologi ini memungkinkan satu personil bisa mengontrol seluruh peralatan di anjungan rig hanya dengan memerhatikan satu monitor.
Firmansyah mengaku bahwa PDSI juga memiliki cyber skidding rig, setingkat lebih canggih dari cyber conventional rig Selain memiliki teknologi yang sama dengan cyber conventional rig. Cyber skidding dilengkapi dengan kemampuan perpindahan dua arah.
“Dengan teknologi skidding ini, proses perpindahan menara, substruktur, berikut peralatan rig, dari satu sumur ke sumur lain dalam satu cluster dapat berlangsung lebih aman dan lebih cepat,” cetusnya.
“Terakhir, cyber walking rig. Perbedaannya dengan cyber skidding rig, rig dengan teknologi paling baru di PDSI ini memiliki kemampuan perpindahan hingga delapan arah,” pungkasnya.