
Lebih lanjut, Ike menjelaskan bahwa ViT berperan dalam mengekstraksi fitur ekspresi wajah antara anak dan orang tua dengan cara membagi gambar menjadi 16 patches sebagai input. Input ini diproses menggunakan mekanisme self-attention yang mampu mendeteksi perubahan halus dalam ekspresi, yang krusial dalam identifikasi kekerabatan.

Hasil ekstraksi fitur tersebut kemudian dioptimalkan menggunakan metode Mamba guna meningkatkan akurasi identifikasi kekerabatan. “Setelah optimasi menggunakan Mamba, sistem akan menentukan apakah terdapat hubungan kekerabatan atau tidak,” papar Ike. Dosen Universitas Jember ini juga menyampaikan bahwa sistem ViTMa memiliki tingkat akurasi yang tinggi, mencapai 85,29 persen, mengungguli metode konvensional seperti CNN dan VGGFace.
Di masa depan, sistem ViTMa dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti forensik, psikologi, verifikasi dokumen, hingga keamanan dan sistem pengawasan. Dengan cakupan manfaat yang luas, Ike meyakini bahwa sistem ViTMa memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan dan dioptimalkan. “Saya berharap sistem ini dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat,” pungkasnya. (***)