
Peringatan 10 tahun EDGE-IFC di Indonesia, Solusi Masa Depan Menuju Keberlanjutan
Yang menarik, EDGE dirancang agar terjangkau dan mudah diakses, khususnya oleh pengembang dan arsitek di negara berkembang seperti Indonesia.
Konstruksi Media – Penerapan prinsip bangunan hijau di Indonesia semakin mendapatkan perhatian, seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon. Salah satu pendekatan yang kian populer adalah EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies), sebuah standar bangunan hijau internasional yang dikembangkan oleh International Finance Corporation (IFC).
EDGE bukan sekadar sistem sertifikasi, melainkan juga perangkat lunak gratis berbasis daring yang dirancang untuk membantu para pengembang, arsitek, dan profesional konstruksi mendesain bangunan hemat energi, air, dan material secara kredibel dan terukur.
Hingga 2 Juli 2025, tercatat lebih dari 110 juta meter persegi ruang lantai telah tersertifikasi EDGE di lebih dari 120 negara. Di Indonesia sendiri, sudah terdapat 200 proyek bersertifikat mencakup total area 4,3 juta meter persegi. Proyek-proyek ini berpotensi menghemat hingga 100.000 ton CO₂ per tahun setara dengan penanaman lebih dari 1,5 juta pohon.
Pentingnya EDGE bagi Indonesia

Komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi karbon sebesar 29% pada 2030 membuat penerapan bangunan hijau semakin krusial. Dengan populasi dan urbanisasi yang tumbuh pesat, sektor bangunan menjadi penyumbang besar emisi karbon.
“Dengan mengadopsi bangunan hijau secara luas, Indonesia dapat menyelaraskan pembangunan kotanya dengan target iklim Perjanjian Paris dan mencapai target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (NDC),” terang Global Senior Manager, Green Buildings & Cross-Sector Climate Innovation — IFC, Diep Nguyen Van-Houtte, di Jakarta, Kamis, (24/07/2025).

Sertifikasi EDGE menghadirkan dua keuntungan utama:
• Keberlanjutan, dengan pengurangan dampak lingkungan.
• Efisiensi biaya, melalui penghematan tagihan air dan listrik serta biaya operasional.
Yang menarik, EDGE dirancang agar terjangkau dan mudah diakses, khususnya oleh pengembang dan arsitek di negara berkembang seperti Indonesia.
Tiga Tingkat Sertifikasi EDGE
1. EDGE Certified: Hemat minimum 20% energi, air, dan material.
2. EDGE Advanced: Hemat ≥40% energi + minimum 20% air dan material.
3. Zero Carbon: Nol emisi operasional melalui energi terbarukan atau offset karbon.

Aplikasi EDGE: Teknologi Hijau dalam Genggaman
Aplikasi berbasis cloud EDGE memungkinkan pengguna menghitung dampak lingkungan, penghematan biaya, dan utilitas proyek bangunan mereka. Beberapa fitur utamanya meliputi:
• Pemodelan bio-iklim spesifik lokasi
• Estimasi biaya dan penghematan
• Proses sertifikasi yang sederhana dan efisien
Lembaga Sertifikasi EDGE di Indonesia
Terdapat dua lembaga resmi yang dapat membantu proyek-proyek di Indonesia mendapatkan sertifikasi EDGE, yakni:
1. Green Building Council Indonesia (GBCI)
Didirikan pada 2009, GBCI adalah pionir dalam promosi bangunan hijau dan penyedia pelatihan profesional.
2. Bureau Veritas Indonesia (BVI)
Sebagai bagian dari grup internasional yang berdiri sejak 1828, BVI menyediakan layanan inspeksi, pengujian, dan sertifikasi yang mendukung proyek-proyek bangunan dalam mencapai kinerja keberlanjutan optimal.
Dengan EDGE, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin transformasi bangunan hijau di Asia Tenggara, menciptakan kota yang lebih layak huni, sehat, dan ramah lingkungan.
Baca Juga :