Konstruksi Media – Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengungkap penyebab rendahnya trafik di 21 ruas jalan tol di Indonesia. Hal ini disampaikan menyusul data Menteri PU Dody Hanggodo yang menunjukkan volume lalu lintas ruas-ruas tersebut pada 2024 masih di bawah 50 persen dari target Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT).
Ruas tol yang dimaksud antara lain Manado-Bitung, Krian-Legundi-Bunder-Manyar, Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa, Cibitung-Cilincing, Sigli-Banda Aceh, Lubuk Linggau-Curup-Bengkulu, Simpang Indralaya-Muara Enim, Palembang-Indralaya, dan sejumlah tol lain di Jawa dan Sumatera.
BPJT menegaskan bahwa rendahnya volume kendaraan di ruas tol baru merupakan hal wajar karena investasi jalan tol bersifat jangka panjang, dengan masa pengembalian rata-rata hingga 40 tahun. Jalan tol yang beroperasi kurang dari 20 tahun umumnya belum mencapai tingkat trafik optimal, berbeda dengan ruas yang telah beroperasi lebih dari dua dekade yang sudah “mature”.
Baca juga: 21 Operator Ruas Tol Mulai Boncos, Jarang Dilintasi Pengguna Jalan
“Kami meyakini seiring berkembangnya wilayah yang terakses jalan tol, konektivitas dan aktivitas ekonomi akan meningkat, sehingga trafik pun bertambah,” jelas BPJT. Pembangunan jalan tol tidak hanya untuk melayani arus lalu lintas saat ini, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi, membuka akses ke kawasan industri, pariwisata, pelabuhan, dan permukiman.
BPJT menegaskan komitmennya untuk memaksimalkan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) jalan tol dan melakukan pengawasan berkelanjutan terhadap Badan Usaha Jalan Tol (BUJT). Teguran dan sanksi akan diberikan jika ketentuan tidak dipenuhi. Pemerintah berharap jaringan jalan tol dapat dimanfaatkan optimal oleh pemerintah daerah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja secara berkelanjutan. (***)




