Konstruksi Media, Jakarta – Sektor properti diprediksi bakal melambat pada awal 2024 akibat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih tinggi di level 6 persen. Hal ini akan memberikan pengaruh negatif lantaran masyarakat akan lebih berhati-hati dalam mengambil kredit.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi yang dibawa oleh pemilihan umum (pemilu) akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan membuat fasilitator kredit memperketat persyaratan mereka.
Baca juga: PP Properti Mulai Serah Terima 826 Unit Louvin Apartment Jatinangor
“Diperkirakan akan melambat pada 2024 karena pemilu, tapi bukan karena daya beli tapi banyak yang wait-and-see,” kata Pengamat Properti Ali Tranghanda melalui pesan WhatsApp kepada Konstruksi Media, Jumat (5/1/2024).
Bila melihat hasil riset yang dilakukan oleh 99 Group terhadap data pendapatan 8 pengembang nasional terkemuka di Indonesia selama tahun politik di dua periode sebelumnya, yaitu tahun 2014-2025 dan 2018-2019 pendapatan dan penjualan sektor properti cenderung mengalami kontraksi.
Pendapatan para pengembang tercatat mengalami penurunan sebesar 0,6% pada tahun 2015. Sementara itu, pada tahun 2018, terjadi kontraksi sebesar 4,2%. Meski begitu, kondisi ini berhasil pulih pada tahun selanjutnya.
Baca juga: OYO Bakal Tambah 300 Properti di Seluruh Indonesia
Kondisi tersebut disebabkan kewaspadaan publik, termasuk investor dalam mengambil keputusan untuk membeli properti di tengah dinamika kondisi politik.
Para pemangku kepentingan di industri properti cenderung wait-and-see, menunda keputusan besar, seperti pembelian, penjualan, atau pengembangan properti sambil mengamati keberlangsungan masa tahun politik yang relatif tidak stabil.
“Pada tahun 2024 ada dua sektor properti yang bakal jadi primadona, yakni perumahan dan komersial ruko di beberapa wilayah,” ucap CEO dari Indonesia Property Watch itu.