Pemprov DKI Akan Bangun Infrastruktur di Jakarta Lebih Ikonik dan Futuristik
Konstruksi Media – Sebelum Covid-19 melanda Indonesia, banyak dijumpai beberapa fasilitas publik di DKI Jakarta seperti trotoar yang tidak hanya digunakan untuk berjalan kaki, melainkan sebagai spot interaksi orang setelah rutinitas bekerja. Misalnya, ada acara live musik yang digelar di trotoar.
Kepala Dinas Bina Marga Pemprov DKI Jakarta, Hari Nugroho mengatakan bahwa ide memeriahkan fasilitas publik dengan beragam kegiatan seni dan budaya berawal dari gagasan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang ingin ruang publik di Jakarta lebih humanis dan menyenangkan warga Jakarta.
“Pak Gubernur punya ide, kita ini memiliki ruang utama di keluarga, ruang kedua ada di kantor, dan ruang ketiga adalah spot interaksi atau sebagai tempat pertemuan orang yang dari rumah ke kantor atau sebaliknya. Ruang ketiga itu contohnya di spot Budaya 2,” ujar Hari di Jakarta, Senin (23/8/2021).
- Kementerian PU Dukung dan Wujudkan Visi Asta Cita Swasembada Pangan
- Ditargetkan Selesai Awal 2025, Kemen PU Kebut Pembangunan Bendungan Jlantah
- Bertemu Menteri Perhubungan, Erick Thohir Bahas Efisiensi Biaya Logistik
“Di situ, kami buatkan mini skatepark, mini garden, dan amphitheater untuk memainkan musik,” sambungnya saat menjadi pembicara dalam acara webinar bertajuk ‘Geliat Infrastruktur DKI selama Pandemi’ yang diselenggarakan Kontruksimedia.com.
Hari menuturkan, Pemprov DKI Jakarta berkeinginan agar infrastruktur di Jakarta itu lebih ikonik dan futuristik. Atas hal itu, kata Hari, sebelum melaksanakan proyek infrastruktur publik pihaknya sering mengajak para seniman atau tokoh budaya untuk diskusi mengenai konsep dan narasi yang akan dimasukan ke dalam bangunan tersebut.
“Waktu kami bikin ide, kami berkolaborasi dengan para seniman dari Lembaga Kebudayaan Betawi. Kira-kira unsur Betawi mana yang ingin mereka masukkan, misalnya gigi balang atau batik tumpal atau lainnya. Setelah mereka kasih masukkan, langsung kami tuangkan dalam proyek,” katanya.
Seperti halnya Jembatan Penyebrangan Orang (JPO), kata Hari, biasa bentuk JPO itu standar. Prinsipnya, yang penting orang bisa menyeberang jalan. Pada periode Anies, JPO dibuat berbeda dengan mengadopsi masukan dari seniman dan budayawan betawi.
“Setelah mereka kasih masukkan, langsung kami tuangkan dalam proyek. Kami buat JPO itu menjadi suatu daya tarik dan mengadopsi kearifan lokal. Contoh di underpass Senen, lift di JPO Senen terdapat motif batik Betawi dan di sebelah Mal Atrium ada JPO dengan ornamen gigi balang,” tuturnya.
“Kemudian ada juga bunga melati di bagian underpass dan di bagian atas JPO kami buatkan bentuk gelombang yang menggambarkan bahwa Senen dulunya adalah kawasan semrawut, nah dengan adanya gelombang seolah-olah sekarang sudah mengalir,” pungkasnya.***