Bendungan senilai Rp3 triliun tersebut juga berpotensi dikembangkan sebagai objek wisata dan agrowisata, yang dapat memberikan dampak positif bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sekitar lokasi serta meningkatkan perekonomian lokal.
Selain Jragung, Bendungan Bener di Jawa Tengah juga memiliki manfaat besar. Bendungan ini digadang-gadang menjadi yang tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 169 meter. Selain mendukung irigasi seluas 15.519 hektare, bendungan senilai Rp2,06 triliun ini mampu menampung 92 juta meter kubik air dan menyuplai kebutuhan air baku sebesar 1.500 liter per detik untuk Kabupaten Purworejo, Kebumen, Kulon Progo, serta Bandara YIA.
Proyek ini juga berfungsi sebagai pengendali banjir, dengan kapasitas mereduksi debit banjir dari 583,94 meter kubik per detik menjadi 178 meter kubik per detik, atau sekitar 70 persen dari debit banjir per 25 tahun (Q25).
Bendungan Cibeet, yang berlokasi di Jawa Barat, juga memiliki peran penting dalam pengendalian banjir, terutama untuk wilayah Kabupaten Bekasi dan Karawang. Dengan nilai proyek Rp5,5 triliun, bendungan ini diharapkan mampu mereduksi banjir hingga 6.080 hektare.
Lebih lanjut, Bendungan Tiga Dihaji di Sumatera Selatan dan Bendungan Mbay di Nusa Tenggara Timur (NTT) diproyeksikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aktivitas pertanian dan sektor UMKM. Bahkan, Bendungan Tiga Dihaji juga dapat dimanfaatkan sebagai arena olahraga air.
Bendungan Karangnongko di Jawa Tengah, selain sebagai sumber air irigasi, juga memiliki potensi wisata serta dapat digunakan untuk budidaya perikanan dan konservasi lingkungan. Proyek senilai Rp1,26 triliun ini diharapkan memberikan manfaat luas bagi masyarakat sekitar.
“Sebagai BUMN konstruksi dengan pengalaman lebih dari 64 tahun, Waskita Karya menyadari pentingnya pembangunan bendungan bagi masyarakat. Ke depan, kami siap membangun lebih banyak bendungan sesuai dengan arahan pemerintah,” pungkas Ermy. (***)
