Pemerintah Gaet Swasta Global, Lanjutkan Pembangunan Infrastruktur
Konstruksi Media – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku akan menggaet swasta global untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur di Tanah air.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur akan sangat berpotensi memberikan kontribusi pada pemulihan ekonomi yang lebih kuat serta sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim.
“Indonesia ingin menarik investasi swasta di bidang infrastruktur, dan ini juga menawarkan peluang besar bagi perusahaan sektor swasta global untuk memperluas pasar mereka,” ujar Sri Mulyani dalam laporannya, dikutip Selasa (28/9/2021).
- Gandeng Partner Lokal, Hutama Karya Rampungkan Pembangunan Menara Turyapada Bali
- Inovasi Mahasiswa ITS, Hasilkan Jam Kekinian Dari Limbah Plastik
- Mahasiswa ITS Tingkatkan Produktivitas Energi Geotermal yang Lebih Efisien
Dia mengatakan, investasi pada infrastruktur yang baik yang dilakukan saat ini dapat membentuk perekonomian nasional, lingkungan, dan sosial dalam beberapa dekade.
Untuk itu, pihaknya menilai investasi di sektor infrastruktur menjadi sangat penting sesuai kerangka pembangunan berkelanjutan.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur merupakan prioritas nasional di Indonesia. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan dasar dan untuk meningkatkan produktivitas serta daya saing.
Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 417 triliun untuk infrastruktur pada tahun 2021. Pembangunan dan transformasi infrastruktur di Indonesia bertujuan untuk mempercepat pembangunan di seluruh wilayah terutama di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Terlebih, Indonesia memprakarsai kerangka kerja Public-Private Partnership atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) pada tahun 2005 untuk memobilisasi investasi sektor swasta di bidang infrastruktur.
Pada kesempatan itu, Sri Mulyani menyampaikan tantangan pada PPP, yaitu mengubah cara berpikir tentang kerjasama dengan sektor swasta. Kolaborasi dengan sektor swasta, ungkapnya, sering dilihat dari perspektif yang sempit dan dalam perekonomian yang kurang berkembang, sektor swasta domestik seringkali memiliki kapasitas yang kurang efektif.
“Pemerintah memberikan beberapa bentuk dukungan (pada skema KPBU). Pertama, pemerintah menjamin untuk meyakinkan pihak swasta bahwa pemerintah akan bertanggung jawab atas risiko proyek tertentu. Jaminan ini tentu meningkatkan bankability suatu proyek,” jelasnya.
Selain penjaminan, pemerintah juga memberikan kontribusi tunai untuk meningkatkan kelayakan finansial suatu proyek. Selain itu, mekanisme pemerintah, yang disebut availability payment, diperkenalkan beberapa tahun lalu sebagai opsi untuk memastikan arus kas pada proyek KPBU serta menghilangkan risiko permintaan bagi investor swasta.
Pemerintah juga telah menyediakan project development facility (PDF) yang menyelaraskan perspektif fiskal dengan kepentingan proyek sehingga pengelolaan fiskal terkait transaksi pada KPBU menjadi lebih mudah dikelola.
“Di Kementerian Keuangan, kami menggunakan special mission vehicles (SMV) untuk memberikan fleksibilitas bagi investor sektor swasta serta untuk pengelolaan dana. Saat ini, kami memiliki 28 proyek KPBU dengan total nilai investasi hampir US$ 17 miliar. Proyek-proyek tersebut sebagian besar di sektor jalan tol, air minum, serta pada sektor teknologi informasi dan komunikasi,” lanjut Sri Mulyani.
Dari skema KPBU yang selama telah dilakukan di Indonesia, Sri Mulyani melihat beberapa hal yang ia garis bawahi. Pertama, negara-negara berkembang menghadapi tantangan yang signifikan dalam menarik keterlibatan sektor swasta terutama dari investor global.
Kedua, meningkatnya persepsi risiko negara berkembang memerlukan dukungan internasional dari negara maju dan mitra pembangunan internasional.
Ketiga, penguatan kolaborasi di seluruh pemangku kepentingan, termasuk negara maju dan berkembang, bank pembangunan dan pemodal sektor swasta, serta investor infrastruktur diperlukan untuk menuju pembangunan global yang berkelanjutan.***