
Konstruksi Media – Sepanjang kuartal kedua 2025, pasar properti Indonesia mencatat kinerja yang bervariasi di tiap sektornya. Sektor properti tetap menunjukkan prospek positif. Alih-alih membangun pusat perbelanjaan baru, pengelola mal kelas atas lebih fokus pada peningkatan pengalaman pengunjung dan optimalisasi komposisi penyewa.
Sementara itu, sektor perhotelan di Bali mencatat lonjakan kinerja yang signifikan. Peningkatan ini didorong oleh melonjaknya jumlah wisatawan domestik, kembalinya kegiatan pemerintah, serta bertambahnya rute penerbangan internasional.
Di sektor perkantoran, mulai terlihat tanda-tanda pemulihan dengan tumbuhnya permintaan secara moderat. Para pemilik gedung menawarkan insentif menarik guna menarik penyewa baru. Adapun pasar apartemen cenderung stabil dengan permintaan yang tetap kuat terhadap unit siap huni.
Sebaliknya, sektor perhotelan di Jakarta masih dalam proses pemulihan. Meskipun peningkatan aktivitas bisnis dan penyelenggaraan acara memberikan dorongan, permintaan dari sektor pemerintahan yang menurun menjadi hambatan signifikan.
Sektor hunian ekspatriat juga menunjukkan permintaan tinggi, khususnya untuk rumah tapak di kawasan favorit. Namun, terbatasnya pasokan membuat banyak ekspatriat mempertimbangkan alternatif lokasi di sekitar kawasan utama.
Secara keseluruhan, meskipun sejumlah sektor mulai menunjukkan tren positif, sebagian lainnya masih membutuhkan penyesuaian strategi agar tetap kompetitif di tengah tantangan yang belum sepenuhnya mereda.
Sektor Perkantoran – Jakarta
Prospek pasar masih cenderung berhati-hati seiring dengan prediksi pertumbuhan ekonomi yang moderat. Tanda-tanda pemulihan mulai terlihat, ditandai dengan meningkatnya permintaan di sejumlah segmen. Situasi tetap menguntungkan bagi penyewa karena posisi tawar masih tinggi.
Sebagai respons, pemilik gedung mulai fokus meningkatkan tingkat hunian melalui strategi harga kompetitif dan insentif tambahan. Keterbatasan pasokan gedung baru turut membantu menekan persaingan langsung di antara pemilik properti.
Penyerapan ruang kantor diperkirakan terus meningkat secara bertahap. Sementara itu, penyewa masih memiliki peluang untuk relokasi ke gedung dengan fasilitas yang lebih modern.
Sektor Apartemen – Jakarta
Meski insentif PPN 100% masih berlaku, pasar apartemen tetap stabil. Permintaan masih kuat terhadap unit siap huni, mencerminkan kehati-hatian konsumen dalam menghindari proyek yang berisiko tinggi.
Bagi pengembang, penyelesaian proyek tepat waktu menjadi prioritas, terutama untuk proyek yang dijadwalkan rampung pada 2025–2027. Manajemen jadwal serah terima yang baik penting untuk menghindari lonjakan pasokan yang bisa memicu kejenuhan pasar.
Bagi pembeli—baik untuk hunian pribadi maupun investasi—disarankan terus memantau peluang pasar, terutama untuk memperoleh unit dengan harga peluncuran yang kompetitif.
Baca juga: Colliers: Pasar Properti Jakarta Masih Tertahan, Bali Hadapi Kompetisi Ketat dari Vietnam
Sektor Hunian Ekspatriat – Jakarta
Kawasan seperti Kemang, Cipete, Cilandak, dan Pondok Indah tetap menjadi favorit para ekspatriat. Rumah tapak dan apartemen di kawasan ini banyak dicari, namun ketersediaannya sangat terbatas.
Sebagian besar properti populer telah dipesan jauh hari sebelum unitnya siap huni. Pasokan rumah baru, terutama rumah tapak, masih minim akibat keterbatasan lahan. Situasi ini mendorong ekspatriat untuk mempertimbangkan kawasan alternatif di sekitar area utama.
Sektor Ritel – Jakarta
Pengembang lebih memilih mengoptimalkan aset yang ada daripada membangun proyek baru. Strategi ini meliputi renovasi fisik gedung serta pengaturan ulang penyewa. Mal kelas atas fokus menyajikan kombinasi penyewa yang atraktif, serta mempertahankan merek premium.
Preferensi konsumen yang terus berubah menjadi perhatian utama. Kampanye promosi dan acara khusus masih menjadi strategi efektif untuk menarik pengunjung. Fleksibilitas dan adaptasi terhadap tren ritel menjadi kunci agar tetap relevan di tengah dinamika pasar.
Sektor Perhotelan – Jakarta
Kinerja sektor hotel mulai membaik pada kuartal II/2025 seiring meningkatnya kegiatan bisnis. Namun, penurunan permintaan dari sektor pemerintahan masih menjadi tekanan utama yang belum terkompensasi sepenuhnya oleh pasar korporasi swasta.
Acara luring seperti konser, kegiatan olahraga, dan event komunitas memberikan dorongan bagi hotel di sekitar lokasi acara. Tren ini membuka peluang baru di luar pelanggan konvensional, seperti korporasi dan pemerintah.
Pelaku industri perhotelan didorong untuk lebih inovatif, misalnya melalui kemitraan kreatif, promosi bertema, serta penawaran khusus yang menyasar segmen wisatawan muda dan aktif di media sosial.
Sektor Perhotelan – Bali
Sejak libur Idulfitri awal April, sektor perhotelan Bali menunjukkan lonjakan kinerja signifikan. Aktivitas pemerintahan daerah, momen libur panjang, dan kembalinya penerbangan dari negara seperti Tiongkok dan Australia mendorong lonjakan okupansi hotel.
Konsep keberlanjutan dan praktik ramah lingkungan kini mendapat perhatian lebih. Layanan yang dipersonalisasi, ditunjang teknologi, menjadi pembeda utama dalam meningkatkan pengalaman menginap.
Diversifikasi target pasar juga menjadi strategi penting untuk mengurangi ketergantungan pada satu jenis wisatawan di tengah tingginya ketidakpastian global. (***)