INFOKorporasiNews

Panen Raya Katrili 2025: Dari Panas Bumi Lahendong, Tumbuh Harapan Baru Petani Minahasa

Hasil panen tomat Gustavi, bawang merah, kacang batik, dan padi meningkat berkat booster Katrili dari produk sampingan panas bumi

Konstruksi Media Di lereng-lereng hijau Kecamatan Tompaso Barat, Sulawesi Utara, semangat gotong royong berpadu dengan ilmu pengetahuan dalam satu perayaan penuh makna: Panen Raya Katrili 2025. Empat komoditas pertanian lokal—tomat Gustavi, bawang merah, kacang batik, dan padi—berhasil dipanen dengan hasil yang menggembirakan. Semua itu tumbuh subur berkat Katrili, booster pertanian inovatif dari sisa endapan panas bumi, buah kolaborasi antara PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Sejak diperkenalkan lewat panen perdana tomat Gustavi pada November 2024, booster Katrili terbukti membawa dampak signifikan. Di Desa Tonsewer, para petani menyaksikan sendiri bagaimana hasil panen meningkat, ketahanan tanaman terhadap hama membaik, dan biaya produksi bisa ditekan hingga 30 persen. Ini bukan sekadar pencapaian agrikultural, tapi juga bukti bahwa energi panas bumi memiliki potensi melampaui pembangkit listrik—beyond electricity—menuju ketahanan pangan nasional yang inklusif.

Dari Panas Bumi Menjadi Pupuk Inovatif

Panen Raya Katrili 2025
Panen Raya Katrili 2025

Lahendong dikenal sebagai salah satu wilayah kerja panas bumi tertua di Indonesia. Sejak 2001, PGE membangun relasi harmonis dengan masyarakat sekitar. Dari interaksi inilah muncul ide pemanfaatan limbah panas bumi menjadi produk pertanian bernilai tambah. Bersama tim peneliti UGM dari Fakultas Teknik dan Fakultas Teknologi Pertanian, mereka melahirkan Katrili—singkatan dari Katalis Tri-Elemental, booster yang mengandung nutrien mikro hasil endapan proses geothermal.

“Inilah bentuk nyata pemanfaatan sumber daya lokal sebagai solusi pertanian berkelanjutan,” ujar Ir. Ali Awaludin, Ph.D., Wakil Dekan Bidang Penelitian FT UGM. “Solusi kadang tidak perlu dicari jauh-jauh. Ia ada di sekitar kita, tinggal bagaimana membangun sinergi kampus, industri, dan masyarakat.”

Tiga pendekatan uji coba dilakukan: penggunaan pupuk kimia, penggunaan booster Katrili, serta kombinasi keduanya. Hasilnya, kombinasi booster dan pupuk konvensional menunjukkan peningkatan hasil panen paling optimal—membuka babak baru dalam efisiensi pertanian berbasis teknologi ramah lingkungan.

Bersama Petani, Demi Pangan Berdaulat

Ratusan petani dari kelompok GMIM dan KGPM yang bermitra dengan PGE menjadi saksi utama keberhasilan ini. Rommi Seran, perwakilan petani GMIM, menuturkan dengan bangga bahwa tomat-tomat yang dipanen kali ini tampak lebih besar, sehat, dan diminati pasar.

Baca juga: Inovasi Hijau dari Lahendong: Ketika Panas Bumi Menyuburkan Tanah

“Dulu kami hanya mengandalkan pupuk pabrikan, tapi kini dengan Katrili, hasilnya nyata. Kami lebih hemat biaya dan lebih percaya diri menghadapi musim tanam berikutnya,” ujarnya.

Di sisi lain, Ahmad Yani, Direktur Operasi PGE, menekankan bahwa inisiatif ini adalah bentuk komitmen perusahaan dalam mewujudkan sustainable development. “Kami ingin menunjukkan bahwa energi panas bumi dapat hadir dalam berbagai bentuk manfaat, termasuk sebagai bagian dari strategi besar ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan berbasis inovasi,” ungkapnya.

Perayaan Kearifan Lokal

Panen Raya Katrili 2025
Panen Raya Katrili 2025

Panen Raya Katrili 2025 bukan hanya selebrasi hasil pertanian, tetapi juga perayaan budaya. Para undangan dan masyarakat disuguhkan kuliner khas Minahasa seperti nasi jaha dan ayam buluh, simbol kedekatan antara alam dan tradisi. Acara ditutup meriah dengan tarian Katrili, sebuah tarian tradisional yang melambangkan semangat persatuan dan kerja sama.

Bupati Minahasa, Robby Dondokambey, yang juga alumni UGM, menyampaikan apresiasinya atas sinergi tiga unsur penting: dunia usaha, pemerintah, dan akademisi. “Inilah semangat gotong royong dalam praktik nyata. Kegiatan seperti ini menjadi pondasi penting bagi ketahanan daerah dan pengendalian inflasi,” ujarnya.

Menuju Masa Depan “Beyond Electricity”

Panen Raya Katrili 2025 mengisyaratkan bahwa masa depan energi bersih tak hanya bicara soal kilowatt. Ia menyentuh tanah, menghidupi benih, dan menumbuhkan harapan. Booster Katrili menjadi bukti bahwa residu bisa menjadi revolusi, ketika ilmu dan empati bertemu di ladang-ladang para petani.

Ke depan, PGE berkomitmen untuk memperluas penerapan inovasi ini, tak hanya di Minahasa, tetapi juga di area panas bumi lainnya. “Kami percaya bahwa bisnis geothermal bukan hanya bisnis energi, tapi juga bisnis kehidupan. Dan semua itu, hanya bisa terjadi jika kita terus melangkah bersama,” tutup Ahmad Yani. (***)

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp