
Pabrik Hilirisasi Timah di Batam Beroperasi 2026, Investasi Senilai Rp1 Triliun
Pabrik ini dirancang untuk mengolah logam timah menjadi berbagai produk turunan bernilai tambah
Proses Produksi Pabrik Hilirisasi Timah Secara Bertahap
Produksi di pabrik PT BTS akan dilakukan melalui tiga tahap utama:
- Produksi Stannic Chloride dari timah ingot dan klorin.
- Produksi Dimethyl Tin Dichloride (DMTCL) dari timah ingot, methyl chloride, dan Stannic Chloride.
- Produksi Methyl Tin Mercaptide melalui reaksi DMTCL dengan 2-Ethylhexyl Thioglycolate (2EHTG) dan amonia.
Teknologi yang diterapkan menggunakan sistem otomatisasi untuk memastikan efisiensi dan kualitas produk yang konsisten. Dengan teknologi ini, PT BTS optimistis dapat bersaing di pasar global sekaligus memenuhi kebutuhan industri kimia di berbagai negara.
Saat ini, PT BTS telah menerima 93 persen Letter of Intent (LOI) dari target produksi bulanan mereka. Permintaan berasal dari negara-negara seperti China, India, Amerika Serikat, Vietnam, Thailand, dan beberapa negara di Eropa.
Dampak Ekonomi dan Dukungan Pemerintah
Pabrik ini diperkirakan mulai beroperasi pada pertengahan 2026. Proyek ini tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga menciptakan lapangan kerja di Batam. Selain itu, proyek ini memperkuat posisi Indonesia dalam industri hilirisasi timah di dunia.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, hadir dalam peresmian tersebut. Ia menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mendorong hilirisasi berbagai komoditas mineral strategis di Indonesia, termasuk timah. “Kami ingin fokus pada hilirisasi. Pemerintah siap mendukung agar kita bisa memperoleh manfaat maksimal dari sumber daya alam yang kita miliki,” ujarnya.