NewsOPINISustainability

Nor Qomariyah: Dari Hutan ke Baja, Menyalakan Energi untuk Masa Depan Berkelanjutan

Bagi Nor Qomariyah, keberlanjutan adalah strategi transformasi industri yang hanya bisa berhasil melalui kolaborasi lintas sektor

Konstruksi Media – Dari hutan hujan tropis Sumatra hingga pabrik baja di kawasan industri, perjalanan Nor Qomariyah menjadi bukti bahwa keinginan adalah misi lintas sektor. Dengan pengalaman lebih dari delapan tahun, ia menjadikan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) bukan sekadar jargon, tetapi strategi nyata untuk menyatukan industri, lingkungan, dan masyarakat.

Karier Nor dimulai dari proyek REDD+ bersama KKI Warsi Jambi yang fokus pada konservasi cadangan karbon hutan. Ia kemudian terlibat dalam Partnership for Forest (P4F) dan membangun forum multipihak di bentang alam Bukit Tigapuluh. Pengalamannya berlanjut ke sektor perkebunan bersama PT Royal Lestari Utama (Michelin Group) hingga memimpin program sosial-lingkungan di beberapa perusahaan energi dan tambang.

Pengalaman Nor di sektor tambang memperkaya perspektifnya dalam mengelola aspek sosial dan lingkungan di industri padat sumber daya. Saat ini, ia juga dipercaya menjadi Juri Semi Final MineXcellence 2025, sebuah ajang kompetisi nasional tahunan yang diselenggarakan oleh Shell Indonesia, Kementerian ESDM, dan Society Renewable Energy (SRe).

Di Kalimantan Selatan, Nor meraih The Best Innovator Program Pertanian 2024 lewat Farmer Field Schools (FFS) dan My Garden My Food Safety (My GFS) yang memberdayakan 300 petani dan berhasil menekan angka stunting hingga 70%. Pada tahun yang sama, ia juga menyabet Golden Award kategori Biodiversity 2024 dari IBCSD berkat dedikasinya dalam perlindungan masyarakat adat.

Perjalanan juga kemudian berlanjut ke industri berat. Sebagai Sustainability Manager di PT Garuda Yamato Steel (GYS), ia mendorong penerapan roadmap dekarbonisasi, inventarisasi emisi GRK, hingga penyusunan Deklarasi Produk Lingkungan (EPD) untuk mendukung baja rendah karbon di pasar global. Ia juga aktif berkolaborasi dengan Kementerian Perindustrian, World Research Institute (WRI) Indonesia, hingga Kadin Net Zero Hub.

Nama Nor semakin dikenal saat tampil di Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025. Dalam forum tersebut, ia menegaskan bahwa transisi menuju baja rendah karbon adalah kebutuhan strategis, bukan pilihan. Ia menyoroti penerapan Continuous Emissions Monitoring System (CEMS), Standar Industri Hijau, serta kesiapan menghadapi regulasi global seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).

“Regulasi global bukanlah hambatan, melainkan dorongan untuk mentransformasikan hijau yang menjadikan industri Indonesia lebih kompetitif,” ujar Nor.

Berbagai penghargaan pun ia raih, mulai dari Golden Award Pemberdayaan Ekonomi dan UMKM (2023), Best Paper JEBAC 2023, hingga Juara 2 Essay Digital Competition ISIF Bali 2023 dengan tema Perempuan dalam Akselerasi SDGs.

Bagi Nor Qomariyah, keinginannya adalah strategi transformasi industri yang hanya bisa diselesaikan melalui kolaborasi lintas sektor. Ia juga menekankan pentingnya kesetaraan gender agar perempuan dapat berperan dalam pembangunan berkelanjutan.

Dengan visi progresif dan kiprah yang konsisten, Nor hadir sebagai penghubung antara visi nasional Net Zero Emission dan dinamika global. Suaranya menjadi pengingat bahwa masa depan industri Indonesia harus hijau, inklusif, dan berketahanan.

 

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp