News

Munasus HAEI 2024, Antisipasi Potensi Kebakaran Dalam Bangunan Gedung

Antisipasi Potensi kebakara Dalam Bangunan Gedung prntinh ntingnya sinergi antara ahli elektro, pemerintah, dan pelaku industri untuk mewujudkan standar keselamatan dan efisiensi energi yang lebih baik di masa depan.

Konstruksi Media –  Himpunan Ahli Elektro Indonesia (HAEI) menggelar Musyawarah Nasional Khusus (Munasus) tahun 2024 dengan mengangkat tema “HAEI Turut Meningkatkan Keselamatan Instalasi Listrik Voltase Rendah dalam Rangka Proteksi Kebakaran dan Teknologi Ramah Lingkungan pada Bangunan Gedung”.

Acara yang berlangsung di Hotel Bidakara Jakarta, ini menjadi wadah strategis untuk membahas peran penting HAEI dalam mendorong penerapan standar keselamatan listrik yang lebih baik di Indonesia. Di kegiatan ini juga menggelar diskusi mencakup inovasi teknologi ramah lingkungan yang dapat diterapkan pada sistem instalasi listrik guna mendukung bangunan gedung berkelanjutan.

Ketua HAEI, Achmad Sutowo Sutopo menyampaikan bahwa tema ini relevan dengan kebutuhan saat ini untuk meningkatkan keselamatan publik sekaligus meminimalkan dampak lingkungan.

“Keselamatan instalasi listrik tidak hanya berpengaruh pada proteksi kebakaran, tetapi juga menjadi bagian integral dari pembangunan yang berkelanjutan. HAEI berkomitmen untuk terus mendorong kolaborasi dan inovasi demi tercapainya sistem instalasi yang aman dan ramah lingkungan,” terang Sutowo kepada Konstruksi Media, (25/11/2024).

Dia menekankan pentingnya sinergi antara ahli elektro, pemerintah, dan pelaku industri untuk mewujudkan standar keselamatan dan efisiensi energi yang lebih baik di masa depan. “Berbicara keselamatan itu merupakan mandatori dalam setiap Pembangunan. Untuk itu, kita turut mengimplementasikan supaya memenuhi standar regulasi,” terang dia.

Peran Konsultan Perancang

Dalam Pembangunan bangunan gedung, lanjut Sutowo, harus diawali dengan konsultan perancang yang mumpunih. Hal ini untuk mengimplementasikan standar regulasi, sebab kalau tidak maka rancangannya menjadi tidak sesuai, sehingga menjadi problem. “HAEI punya PR untuk mensosiaslisasikan hal itu pada anggota-anggota kami khususnya, dan kepada pihak luar yang berprofesi yang sama,” imbuhnya.

Selain itu, dirinya juga menyampaikan tantangan lainnya yakni tenaga ahli bersertifikasi. “Ini (tenaga ahli sertifikasi) masih menjadi tantangan yang kita hadapi. Perpindahan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang jasa konstruksi, listrik tidak masuk di dalam konstruksi bangunan gedung, atau pemanfaatan bangunan gedung. Ini pengampunya yang dahulu berada di Kementerian PU sekarang ini berada diawah Kementerian ESDM.

Sedangkan produk sertifikasinya dari Kementerian ESDM tidak pernah bisa terintegrasi pengakuannya terhadap LPJK (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi),” imbuhnya. “Bisa dibilang orang punya serkom (sertifikasi kompetensi) tapi tidak ada manfaatkan. Ini menjadi salah satu topik yang kita angkat dalam seminar ini, agar HAEI Kembali lagi ke habbit-nya, agara para anggota tidak merasa ragu,” tuturnya.

Dia menjelaskan, dari awal profesi yang tergabung dalam HAEI itu profesi Listrik dalam pemanfaatan bangunan gedung. “Kalau di konversikan ke mesin (mekanikal) ini menjadi hal yang tidak pas. Masa yang mendesain listrik orang mekanikal. Ketimpangan-ketimpangan regulasi ini yang kami ingin dikembalikan lagi ke semula,” Jelas dia.

HAEI berharap regulasi yang saat ini sedang dibahas dapat segela terselesaikan. Lebih cepat lebih baik, dan itu semua tergantung pada kebijakan regulator. Secara umum fire protection masih kebanyakan masih dari impor. Namun seperti fire ekstinguisher sudah bisa dibuat di dalam negeri seperti tabungnya, pengisiannya, dan lainnya.

Terkiat penggunaan komponen lokal (TKDN), dia mengungkapkan bahwa tidak sepenuhnya bisa dicapai. “Tapi paling tidak TKDN itu sudah mulai berdampak terhadap UMKM yang banyak mendapatkan porsi keterlibatan dalam pembangunan bangunan gedung,” beber dia menambahkan.

Baca Juga :

Artikel Terkait

Back to top button