InfrastrukturNews

MTKBTI Beberkan Tantangan Pembangunan Konstruksi Bawah Tanah di Indonesia

Pembangunan infrastruktur bawah tanah di Indonesia terus berkembang pesat. Namun ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi.

Konstruksi Media – Pembangunan infrastruktur bawah tanah di Indonesia terus berkembang pesat. Sejumlah proyek besar seperti Mass Rapid Transit (MRT), Kereta Cepat Jakarta–Bandung, hingga rencana immersed tunnel di Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi penanda bahwa Indonesia mulai memasuki babak baru dalam pembangunan terowongan dan infrastruktur bawah tanah.

Namun di balik peluang tersebut, terdapat tantangan besar yang tidak bisa diabaikan. Kondisi geologis Indonesia yang beragam menjadi salah satu faktor paling kompleks dalam pekerjaan bawah tanah.

“Udah pasti teknis. Namanya kita Indonesia seperti ini. Kondisi geologisnya berbeda. Jadi banyak sekali masalah teknis di lapangan,” ujar Ketua Umum Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia (MTKBTI), Weni Maulina, kepada Konstruksi Media, Sabtu (1/11) di Hotel Ashley, Jakarta.

Baca Juga: Kementerian PU Dorong Konstruksi Bawah Tanah untuk Wujudkan Pembangunan Hijau

Menurutnya, persoalan seperti kestabilan tanah hingga risiko longsor perlu menjadi perhatian serius agar pembangunan berjalan aman.

“Jangan sampai bikin bangunan bawah tanah nanti longsor atau permasalahan lainnya muncul,” lanjutnya.

MTKBTI
Pelaksanaan kegiatan Sharing Knowledge Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia (MTKBTI). Dok. Konstruksi Media

Perlu Wadah Kolaborasi Bersama

Melihat kondisi tersebut, MTKBTI hadir sebagai wadah yang mempertemukan berbagai pihak dalam industri konstruksi bawah tanah. Weni menjelaskan, kebutuhan kolaborasi menjadi semakin mendesak di tengah maraknya proyek yang melibatkan banyak disiplin ilmu dan sektor.

Sejumlah proyek strategis itu, lanjut Weni, meliputi pembangunan transportasi bawah tanah seperti MRT, kereta cepat, terowongan jalan, dan rencana immersed tunnel di IKN. Untuk menjaga kelancaran proses pembangunan tersebut, MTKBTI diharapkan menjadi ruang tukar pikiran bagi para pelaku industri konstruksi bawah tanah.

“Kita ingin industri konstruksi bawah tanah ini tidak sendirian. Ini wadahnya,” kata Weni.

Ia menambahkan, MTKBTI juga memiliki peran strategis sebagai penghubung antara regulator, akademisi, dan asosiasi profesi. Asosiasi ini dapat saling mempertemukan akademisi dan ikatan ahli.

Ketua Umum MTKBTI Weni Maulina.
Ketua Umum MTKBTI Weni Maulina. Dok.Konstruksi Media

Masih Belajar dari Pengalaman Internasional

Meski teknologi konstruksi bawah tanah sudah mulai diterapkan di Indonesia, Weni menilai kolaborasi dengan pihak internasional tetap penting untuk mempercepat transfer pengetahuan dan adopsi teknologi baru.

Menurutnya, dari sisi teknologi, Indonesia sudah terbiasa dalam pengoperasian alat-alat penunjang pembangunan konstruksi bawah tanah. Namun, Indonesia tetap membutuhkan kehadiran ahli internasional untuk menjaga kualitas dan keselamatan pembangunan.

“Kalau di sisi teknologi Indonesia sudah terbiasa. Tapi tetap ada peran dari teman-teman internasional,” ujar Weni.

Baca Juga: MTKBTI Gelar Seminar Perdana, Sinergi Perkuat Industri Terowongan Nasional

Weni menambahkan, penerapan konsep urban tunneling atau terowongan perkotaan masih tergolong baru di Indonesia, dengan contoh utama proyek MRT Jakarta dan Kereta Cepat.

“Tapi kalau dari sisi urban tunneling atau terowongan perkotaan mungkin baru di MRT Jakarta dan kereta cepat. Mungkin sesimpel bikin underpass itu bisa jadi bagian dari pembangunan bawah tanah,” tuturnya.

Weni berharap kehadiran MTKBTI dapat membuka ruang diskusi antara insinyur lokal dan internasional untuk saling bertukar ide dan pengalaman.

“Tentu peran-peran dari internasional kontraktor itu sangat penting. Maka itu wadah masyarakat ini kita tak hanya menghubungkan insinyur lokal, tapi internasional. Jadi mer.eka bisa bertukar pikiran,” tutupnya.

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp
Banner Kiri
Banner Kanan