AsosiasiINFO

MKI Gelar Diskusi Tentang Pengelolaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

PLTN memegang peranan penting dalam mewujudkannya setidaknya target 8 GW beroperasi di kurun waktu 2036 – 2040, 21GW di tahun 2041 – 2050.

Konstruksi Media – Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) sangat mendukung target bauran energi bersih di Indonesia.

Sebagai bentuk komitmen MKI dalam mewujudkan target pemerintah tersebut, pihaknya menggelar knowledge sharing and discussion dengan tema “Nuclear Power Plant 4th Generation”.

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh dengan menghadirkan dua narasumber, Prof. Dr. Sidik Permana dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Prof. Dr. Motoyasu Kinoshita dari TEPSCO pada hari Rabu, 12 Juli kemarin yang berlangsung secara hybrid dari kantor MKI.

Dalam catatan pengurus MKI Habibie Razak yang dikutip Konstruksi Media mengatakan, dalam paparannya Prof. Sidik menyampaikan mengenai “Nuclear Energy Contribution in Indonesia NZE Program and Potential SMR Implementation”.

Prof Sidik menyampaikan beberapa benefit dari teknologi SMR yang merupakan generasi keempat teknologi PLTN di abad ini, antara lain :

Modularitas: dalam dua pengertian – fabrikasi modul untuk perakitan yang lebih sederhana di lokasi pabrik dan unit reaktor sebagai modul yang dapat ditambahkan untuk memenuhi permintaan;  Modal Investasi Lebih Rendah: unit investasi yang lebih rendah dan investasi per unit daya yang lebih rendah dari pabrik fabrikasi dan waktu konstruksi yang lebih singkat; 

Selanjutnya, Fleksibilitas Penempatan: tapak yang lebih kecil, infrastruktur yang kurang menuntut dan kemungkinan penempatan di situs fosil yang lebih dekat dengan tempat tinggal;  Gain Efficiency: penggunaan panas untuk industri dan aplikasi lain dan dipadukan dengan sumber pembangkitan lain untuk efisiensi lebih;  Non-proliferasi: Bergantung pada jenis SMR dapat menyebabkan berkurangnya pengangkutan dan penanganan bahan nuklir dan waktu pengisian bahan bakar yang lebih lama, kemungkinan unit bahan bakar tersegel.

Pengurus MKI Habibie Razak mengikuti diskusi pengelolaan PLTN dengan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI). Dok. ist

Keunggulan lainnya seperti Modularity: in two senses – memiliki dua pengertian – fabrikasi pabrik modul untuk perakitan yang lebih sederhana di lokasi dan unit reaktor sebagai modul yang dapat ditambahkan untuk memenuhi permintaan; Investasi Modal Lebih Rendah: unit investasi yang lebih rendah dan investasi per unit daya yang lebih rendah dari fabrikasi pabrik dan waktu konstruksi yang lebih singkat; 

Fleksibilitas Penempatan: tapak yang lebih kecil, infrastruktur yang kurang menuntut dan kemungkinan penempatan di situs fosil yang ada lebih dekat dengan tempat tinggal;  Gain Efficiency: penggunaan panas untuk industri dan aplikasi lain dan digabungkan dengan sumber pembangkit lain untuk efisiensi lebih;  Non-proliferasi: Bergantung pada jenis SMR dapat menyebabkan berkurangnya pengangkutan dan penanganan bahan nuklir dan waktu pengisian bahan bakar yang lebih lama, kemungkinan unit bahan bakar tersegel.

Beberapa teknologi SMR yang diperbandingkan secara teknikal dan komersil (CAPEX & OPEX) antara lain: CAREM, ACP100, RITM-200, SMART dan NuScale menjadi bahan diskusi yang sangat interaktif antara narasumber dan peserta sharing session ini.

Sementara Prof. Motoyasu dalam paparannya kembali pada sejarah penggunaan dan implementasi teknologi nuklir sejak jaman the U.S. Navy’s first nuclear-powered submarine, on its initial sea trials, 10 January 1955, dimana dijatuhkannya bom Hiroshima dan Nagasaki di tahun 1945 hingga pada bencana Fukushima di tahun 2011 dan banyak lagi lessons learn dari masa lalu untuk dipelajari dan menjadi modal pengembangan serta aplikasi teknologi nuklir di masa sekarang dan masa depan.

Beberapa hal terkait safety yang dikemukakan oleh Prof Motoyasu, di antaranya :

Safety issue of Nuclear Power Plant Fukushima 3.11 (2011) accident tells most important issue is residual heat removal after stopping of nuclear reaction. The heat is generated by decaying of radioactive elements produced by fission reaction and left as waste material.

For safety at accident, engineering of emergency heat removal is the key.

For Solid Fuel: Heat is produced at fixed core structure so that cooling design tend to be high cost. AP-600 and NuScale prepare large water pool SMR makes this cooling easier and cheaper than standard (1000MWe class) reactors

For liquid Fuel: In design heat source with fuel moves out (drain down) from core and safely cooled. It has versatile design freedom. However, it is not automatically safe. you have to do many efforts to utilize its potential.

Lantas bagaimana dengan roadmap transisi energi menuju NZE di tahun 2060?

Dalam paparannya, Prof Sidik menuturkan  bahwa upaya mewujudkan target pemerintah pada energi bersih 2060 Net Zero Emissions.

“PLTN memegang peranan penting dalam mewujudkan nya setidaknya target 8 GW beroperasi di kurun waktu 2036 – 2040, 21GW di tahun 2041 – 2050 dan sekitar 41 GW di kurun waktu 2051 – 2060,” tutur Prof Sidik.

Baca Artikel Selanjutnya :

Artikel Terkait

Back to top button