JalanNews

Menteri PUPR: Agar Estetis, Seni Jadi Bagian Penting Dari Infrastruktur

Konstruksi Media – Pembangunan infrastruktur terus berlanjut pada periode kedua Pemerintahan Presiden Joko Widodo, mengingat infrastruktur menjadi fokus pembangunan nasional untuk meningkatkan daya saing bangsa dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

Hal itu dikatakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono saat menyampaikan orasi ilmiah pada acara Dies Natales ke-18 Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali.

Basuki mengatakan, pembangunan infrastruktur tidak hanya memperhatikan kelayakan secara teknis (technically feasible) dan ekonomis (economically viable), melainkan juga dapat diterima secara social-budaya (socio-culturally acceptable).

“Pertimbangan sosial-budaya, termasuk seni sangat penting diperhatikan dalam tahap pembangunan infrastruktur mulai dari survei, investigasi, perencanaan dan desain, pengadaan tanah, pelelangan, konstruksi hingga operasi dan pemeliharaan asset,” ujar Basuki dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (28/7/2021).

“Dengan kata lain, pembangunan infrastruktur dan bangunan tidak hanya harus memenuhi aspek teknis konstruksi dan aspek fungsional, namun juga memperhatikan aspek estetika yang bersumber dari unsur seni dan kearifan budaya lokal,” tambahnya.

Basuki menuturkan, sentuhan seni dalam infrastruktur dan bangunan gedung akan memberi nilai tambah, membangun ikatan sosial dengan penggunanya, serta memperkuat rasa memiliki dan kebanggaan terhadap infrastruktur tersebut. Dalam hal ini, Bali merupakan salah satu contoh yang baik, bagaimana unsur seni secara turun-temurun mempengaruhi beragam unsur kehidupan secara kental, termasuk infrastruktur.

“Kita tahu kalau orang awam menyampaikan di Bali tidak ada kayu atau batu yang dibiarkan tergeletak tanpa sentuhan seni para seniman Bali. Salah satu contoh kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang dulu sisa-sisa tambang batu kapur sekarang menjadi destinasi pariwisara yang mendunia berkat sentuhan seniman Bali,” katanya.

Lebih lanjut Basuki mengatakan, dalam pembangunan infrastruktur setidaknya terdapat 4 atribut atau nilai seni yang dapat diidentifikasi dan elaborasi lebih jauh.

Pertama membangun daya cipta/imajinasi masyarakat yang bersumber dari ilmu pengetahuan, riset dan teknologi, agama maupun keyakinan.

Kedua, nilai seni memiliki orisinalitas yang merupakan upaya menemukan ide-ide genial untuk diwujudkan menjadi karya yang diakui publik.

“Saya menyamakan seniman dengan olahragawan. Olahragawan selalu menjunjung sportivitas, seniman akan selalu menghasilkan orisinalitas dan pasti akan menjauhi plagiarism,” tuturnya.

Ketiga, nilai seni dalam pembangunan infrastuktur adalah untuk membangun identitas, baik kota, kawasan, maupun bangunan gedung. Identitas dapat menjadi penciri yang unik, yang membedakan era pembangunan infrastruktur.

Keempat, inovasi dalam pembangunan infrastruktur. Secara sederhana, inovasi dapat diartikan sebagai pemanfaatan seni untuk menciptakan atau memperbaiki kualitas infrastruktur sehingga memberikan makna baru yang lebih signifikan terhadap fungsi sosial-ekonomi dan budaya.

Terakhir Basuki menyampaikan, dengan seni, maka infrastruktur publik sebagai unsur pembentuk ruang-ruang kota dan kawasan tidak lagi kering, monoton dan menjemukan seperti kota yang penuh ruko. Sebaliknya, kota akan kaya dengan sentuhan estetik dan ikonik yang membuatnya berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya.

“Nilai seni pada infrastruktur publik juga dapat meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap infrastruktur. Selain itu, juga akan mampu menggugah rasa memiliki masyarakat untuk merawat dan menjaga infrastruktur publik sehingga dapat meningkatkan kebermanfaatan dan keberlanjutan infrastruktur publik tersebut,” pungkas.

Hadir dalam acara, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, Gubernur Bali I Wayan Koster, dan Rektor ISI Denpansar Wayan “Kun” Adnyana.***

Artikel Terkait

Leave a Reply

Back to top button