
Menteri PPN/Bappenas Tegaskan Reindustrialisasi Kunci Strategis untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pentingnya peran insinyur yang tidak hanya disiplin dan tepat, tetapi juga mampu melahirkan inovasi dalam desain, teknologi.
Konstruksi Media — Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy, mengungkapkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi Indonesia selain mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bahkan hingga dua digit, salah satunya melalui Reindustrialisasi.
Hal tersebut dikatakannya dalam sambutan Seminar Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Outlook Industrialisasi Indonesia yang digelar ICE BSD, Tangerang, berbarengan dengan pelaksanaan IndoBuildTech 2025.
Prof. Rachmat menyebut bahwa sejarah pembangunan nasional Indonesia pernah mencatat pertumbuhan ekonomi double digit, dan salah satu pendorong utamanya adalah kontribusi para insinyur.
“Reindustrialisasi adalah game changer bagi Indonesia. Kita harus membalikkan arah dari tren deindustrialisasi menjadi reindustrialisasi yang hebat, luar biasa, dan terarah. Ini bukan pekerjaan mudah, tapi kita harus mulai sekarang,” terang Prof. Rachmat, Sabtu, (05/07/2025).
Dia menyoroti pentingnya peran insinyur yang tidak hanya disiplin dan tepat, tetapi juga mampu melahirkan inovasi dalam desain, teknologi, dan tata kelola pembangunan nasional.

Prof. Rachmat juga menyinggung pentingnya peningkatan kontribusi sektor industri terhadap PDB nasional. Di mana, kata dia, saat ini kontribusi industri manufaktur masih di bawah 19 persen, dan menurutnya, angka itu harus dikembalikan ke atas 20 persen seperti sebelum krisis moneter.
Untuk itu, dirinya mengajak para insinyur untuk menjadi bagian dari strategi besar pembangunan nasional menuju middle income escape dan pertumbuhan ekonomi berbasis industri. “Kalau ingin tumbuh cepat dan keluar dari jebakan kelas menengah, tidak ada cara lain selain memperkuat industri nasional kita,” terang Prof. Rachmat.
Dia memandang bahwa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam luar biasa, namun tanpa sentuhan teknologi dan inovasi, keunggulan tersebut tidak akan menjadi daya saing berkelanjutan. “Keunggulan komparatif kita harus diubah menjadi keunggulan kompetitif melalui peran insinyur,” imbuhnya.
Tak sampai disitu, dirinya mencontohkan berbagai bidang seperti kopi, padi, dan produk pertanian lain yang memiliki potensi nilai tambah tinggi jika direkayasa dengan pendekatan teknologi dan industrialisasi.
Prof. Rachmat menutup paparannya dengan ajakan reflektif kepada para insinyur Indonesia. “Saya hadir di sini bukan untuk memberi arahan, tapi justru ingin mendengarkan pengarahan dari para insinyur. Dalam RPJMN 2025–2029, kami ingin menjadikan industrialisasi sebagai strategi utama dengan jargon: Industri Hebat. Maka, mari kita rumuskan bersama peta jalan reindustrialisasi nasional, dengan sinergi antara IPB, ITB, dan seluruh kekuatan teknik bangsa ini,” tandasnya.