Megabuild Indonesia 2025: Wujudkan Progam 3 Juta Rumah, Ignejz Kemalawarta: Tekankan Pentignya Kolaborasi Berbagai Pihak
Pembangunan perumahan harus sejalan dengan prinsip keberlanjutan untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan aman bagi penghuni rumah.
Konstruksi Media – Dalam sebuah forum diskusi yang digelar di ajang Megabuild Indonesia 2025, Ketua Umum Green Building Council Indonesia (GBCI) sekaligus Advisor President Office Sinarmas Land, Ir Ignejz Kemalawarta, menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk mewujudkan target pemerintah dalam menyediakan 3 juta rumah untuk masyarakat. Forum ini mengundang sejumlah ahli, termasuk pengusaha konstruksi dan pihak-pihak terkait, untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam mencapainya.
Di kesempatan itu, Ignejz mengenai pentingnya proses yang jelas dalam pembangunan perumahan, dimulai dari studi kelayakan, pemilihan tanah, hingga pembahasan izin yang diperlukan. Dalam hal ini, pengadaan tanah dan pembentukan kemitraan antara berbagai pihak menjadi faktor penentu. Selain itu, perlu ada kerjasama antara pemerintah dan pengembang untuk menentukan skema pembiayaan yang efisien, agar harga rumah dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
Ignejz juga menekankan bahwa pembangunan perumahan harus sejalan dengan prinsip keberlanjutan. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan aman bagi penghuni rumah. Oleh karena itu, selain mencakup aspek teknis konstruksi, setiap proyek perumahan juga harus mempertimbangkan dampak lingkungan melalui penerapan green building.
“Green building adalah salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam pembangunan perumahan. Dengan meningkatkan efisiensi energi dan penggunaan material ramah lingkungan, kita tidak hanya mendukung keberlanjutan, tetapi juga menciptakan hunian yang lebih nyaman bagi masyarakat,” kata Ignejz dalam diskusi yang bertajuk Building for the Future: Indonesia’s 3 Mlion House Plan and Its Role in Sustainable Construction and Development di ajang Megabuild Indonesia 2025, Kamis (24/4/2025).
Tidak hanya itu, permasalahan harga material yang semakin tinggi juga menjadi perhatian dalam forum ini. Ignejz mengungkapkan bahwa harga bahan bangunan di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan produk impor, yang dapat mempengaruhi biaya pembangunan dan harga jual rumah.
Melihat tantangan ini, Ignejz mengimbau pentingnya kolaborasi antara produsen lokal dan pengembang untuk memastikan keberlanjutan proyek dan mengurangi ketergantungan pada bahan impor. “Dengan kebijakan yang tepat dan sinergi yang baik antara pengembang dan pemerintah, kita bisa menekan biaya dan menjamin bahwa proyek 3 juta rumah ini bisa terlaksana dengan baik,” ujarnya.
Di akhir diskusi, Ignejz menekankan bahwa program 3 juta rumah tidak hanya akan berhasil jika didukung oleh kebijakan yang tepat, tetapi juga oleh semangat kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat.
“Keberhasilan program ini tergantung pada kemampuan kita untuk bekerja sama, dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Mari kita pastikan bahwa setiap rumah yang dibangun adalah rumah yang layak, aman, dan ramah lingkungan,” tutur Kemalawarta.
Dengan semakin banyaknya tantangan yang dihadapi dalam pembangunan perumahan, forum ini menunjukkan bahwa kolaborasi dan penerapan prinsip keberlanjutan adalah kunci utama untuk mencapai tujuan besar Indonesia dalam menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.
Selain Ignejz, diskusi ini juga menghadirkan beberapa narasumber yakni, Dr Ir Fery Safaria (Presiden Direktur Wika Realty), Adri Istambul (Kepala Badan Advokasi DPP REI), Ir Basuki Muchlis MT (Asosiasi Kontraktor Indonesia), Ir Yusniewati M.Sc (Sekretaris Direktorat Jenderal Perumahan Perkotaan Kementerian PKP). (***)
