
Mahasiswi Departemen Teknologi Kedokteran ITS ini melanjutkan bahwa keempat zat tersebut akan bereaksi dengan air liur dan menyebabkan perubahan warna pada kertas sensor. Setelah terjadi perubahan warna, tingkat glukosa dapat dideteksi menggunakan aplikasi SWEET yang telah dirancang oleh tim. “Kertas sensor dipindai menggunakan kamera ponsel untuk mengidentifikasi kadar glukosa,” jelasnya.
Berdasarkan hasil pengujian, SWEET mampu mendeteksi kadar glukosa dalam waktu tiga hingga lima menit. Selain itu, aplikasi ini juga memberikan rekomendasi berdasarkan tingkat glukosa yang terdeteksi. “Sebagai contoh, jika kadar glukosa tinggi, pengguna disarankan untuk menjaga hidrasi, berolahraga, dan berkonsultasi dengan dokter jika kadar glukosa tidak menurun,” ungkap Kiya.

Berkat inovasi ini, SWEET berhasil mengharumkan nama Indonesia dan almamater ITS dalam ajang Thailand Inventor Days 2025 pada 6 Februari 2025. Tim ITS meraih medali emas dalam konferensi internasional bertajuk Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation, and Technology Exposition. “Kami sangat bangga dapat memberikan kontribusi baru dalam dunia medis,” ujar Kiya.
Selain memenangkan medali emas, SWEET juga berhasil memperoleh sertifikat hak cipta atas inovasi dan keunikannya. Prestasi ini menjadi bagian dari kontribusi ITS dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan sejahtera. “Kami berharap SWEET dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang diabetes melalui deteksi dini yang lebih mudah dan nyaman,” pungkasnya. (***)