NewsProduct

LPJK dan Sismatech Gelar Seminar Hadapi Gempa Megathrust dengan Teknologi

Berada di wilayah ring of fire, Indonesia sangat rentan terhadap bahaya kebencanaan salah satunya gempa bumi.

Konstruksi Media —  Indonesia sangat rentan menghadapi risiko gempa megathrust, jenis gempa besar yang terjadi akibat pergeseran lempeng tektonik di zona subduksi, seperti di sepanjang lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Gempa ini berpotensi menyebabkan kerusakan luas dan tsunami di wilayah pesisir. 

Upaya mitigasi meliputi pembangunan struktur tahan gempa, penataan ulang tata ruang di daerah rawan, serta edukasi masyarakat tentang tindakan evakuasi cepat sangat diperlukan. Untuk itu, Pemerintah dan pakar juga mendorong penguatan sistem peringatan dini, agar masyarakat mendapat peringatan yang cukup untuk menyelamatkan diri.

Dalam perhelatan Konstruksi Indonesia 2024 yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang, Banten, dilaksanakan berbagai seminar mengenai teknologi dan inovasi serta implementasi disektor konstruksi. Salah satu yakni diselenggarakannya seminar “Masa Depan Konstruksi Indonesia dengan BIM yang terbuka dan GIS+ Integrasi BIM: Inovasi, Implementasi, dan Standarisasi, Menghadapi Gempa Megathrust, Solusi Sistem Bangunan Anti Gempa dengan Implementasi dan Teknologi Sismatech”.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kementerian Pekerjaan Umum, melalui Institut BIM dan menggandeng PT Sismatech Dinamika Karya sebagai badan usaha.

Dalam kesempatan tersebut, Pengurus Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Prof. Dr. Ir. Manlian Ronald A. Simanjuntak, S.T., M.T., D.Min., IPU., ASEAN Eng., membuka diskusi mengenai inovasi, standarisasi dan implementasi teknologi dalam menghadapi gempa megathrust.

Wakil Ketua Studi Gempa Nasional, Lutfi Faizal. Dok. Konstruksi Media

Direktur Utama PT Sismatech Dinamika Karya, Darwanto Darwis menjadi moderator dalam kegiatan tersebut.

Perekayasa Ahli Madya dan Wakil Ketua Studi Gempa Nasional (PusGeN), Ir. Lutfi Faizal menyampaikan pemaparan mengenai Perkembangan Terkini Peraturan Indonesia untuk Bangunan Infrastruktur Tahan Gempa yang Andal dan Berkelanjutan.

Dia menyebut, gempa megathrust sudah ada sejak lama, bahkan sebelum peta Indonesia terbentuk.

Indonesia berada di wilayah ring of fire, sehingga rentan terhadap bahaya kebencanaan. Untuk itu, dalam membangun gedung maupun infrastruktur harus benar-benar memperhatikan penggunaan materialnya.

“Kita harus membuat bangunan mampu menyerap gempa. Bukan berarti tidak runtuh (rusak) ya, tapi ada guncangan dia (bangunan itu) tahan. Bangunan tersebut tidak boleh runtuh, melalui dapat terus berdiri,” kata dia dalam seminar tersebut di ICE BSD, Tangerang, Banten, (07/11/2024).

Dia menambahkan, jika gempa yang terjadi cukup besar, bangunan bukan berarti tidak boleh runtuh, melainkan dapat terus berdiri. “Yang penting struktur (kolomnya) kuat, sehingga bisa menahan beban,” bebernya.

“Gempa itu tidak bisa dikurangi, hanya saja yang bisa adalah mengurangi guncangannya dengan teknologi. Jika Bangunannya kuat dan kokoh menggunakan teknologi anti gempa, mengapa harus takut dengan bencana gempa,” ungkapnya.

Sementara, Head of Engineering PT Freyssinet Total Technology, Tri Suryadi menyampaikan gempa megathrust merupakan salah satu bencana gempa yang bakal terjadi di Indonesia.

“Saya menangkap adanya rasa ketakutan dari masyarakat mengenai gempa megathrust. Melalui diskusi kali ini saya akan memberikan pemahaman dalam menghadapi bencana kegempaan seperti megathrust dengan teknologi Freyssinet,” terang dia.

Dia menjelaskan, Freyssinet memiliki produk inovatif peredam gempa pada bangunan serta jembatan, sehingga struktur dapat bertahan lebih baik dalam situasi gempa besar yakni Lead Rubber Bearing (LRB).

Produk ini menggabungkan karet fleksibel dengan inti timbal, menciptakan bantalan yang dapat mereduksi getaran secara signifikan saat terjadi pergeseran tanah. “Dengan teknologi ini, LRB mampu menurunkan risiko kerusakan struktural dan meningkatkan keselamatan penghuni bangunan di wilayah rawan gempa,” imbuhnya.

Baca Juga :

Artikel Terkait

Back to top button