Lilia Sukotjo: Profesional, Integritas dan Komitmen
Kerja keras Lilia dalam mengelola branding, konsep, serta menerapkan strategi jitu memberikan pencapaian yang baik dalam marketing sales.
Konstruksi Media – Lilia Sukotjo memiliki peran penting dalam pengembangan Alam Sutera menjadi kota mandiri. Wanita lulusan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) itu sejak tahun 1994 sudah mengawangi bidang pemasaran perumahan prestise di daerah Tangerang.
Penampilannya tenang dan terkesan sangat low profile. Namun, jika sudah berdiskusi soal perumahan dan arsitektur, dengan fasih Lia, sapaannya, bakal berbicara panjang lebar.
Direktur Marketing & Sales PT Alam Sutera Realty Tbk ini dikenal sebagai pribadi yang ramah dan akrab dengan berbagai kalangan, baik dengan sahabat ataupun koleganya. Lia dikenal sebagai sosok profesional berintegritas dan memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaan.
Ia mengatakan, saat pertama kali terjun langsung dalam dunia marketing sempat menemui beberapa tantangan. Namun, hal tersebut bukan halangan untuk berkembang dan menikmati dunia baru yang penuh dengan tantangan.
“Saya membangun karier mulai dari bawah, awalnya sebagai Planning Manager hingga mencapai posisi sebagai Marketing Director Alam Sutera,” kata Lia kepada Konstruksi Media saat berdiskusi santai di Marketing Office Alam Sutera, The Flavor Bliss, Tangerang Selatan, belum lama ini.
Pada tahun 1994, kata dia, mampu menjual rumah sebanyak 1100 unit rumah dalam waktu satu minggu. Tentunya, pencapaian ini sesuatu hal yang luar biasa pada awal kariernya. Namun, terjadi krisis moneter atau krismon pada 1998 yang mengakibatkan roda perekonomian di Indonesia tergoncang.
“Pas krimon 1998 hanya mendapatkan marketing sales yang sangat minim selama setahun, padahal proyek Alam Sutera sedemikian besar. Naasnya juga perusahaan harus melakukan perampingan, karena kapal ini tidak boleh jatuh,” ucap wanita pencinta environment itu.
Tantangan yang dihadapi tidak hanya sampai situ, Lia mengatakan sempat menghadapi protes dari warga yang tidak menerima jalan belum di aspal. Menurut dia, jalanan baru selesai tahapan penestrasi dan semestinya di hotmix. Namun, harga pada saat krismon kacau balau, tidak sesuai antara bangun dan jual.
“Kita ketemu dengan seribu lebih warga sampai jam setengah sebelas malam. Saya tidak akan lari. Setelah bangunan berdiri dan jalanan bisa kita hotmix, warga yang dulu marah-marah sekarang jadi teman,” ujar ibu empat orang anak itu.
Setelah krismon berlalu, karier Lilia sebagai di bidang Marketing & Sales semakin berkibar. Bisa dibilang wanita kelahiran 30 Juni 1963 ini merupakan salah satu penentu kesuksesan PT Alam Sutera Realty. Melalui tangan dinginnya, Lia berhasil memasarkan berbagai produk dalam waktu singkat, mulai dari landed house, ruko, hingga proyek high rise building.
Kerja keras Lilia dalam mengelola branding, konsep, serta menerapkan strategi jitu memberikan pencapaian yang baik dalam marketing sales. Pada tahun 2008 berhasil meraih marketing sales sebesar Rp500 miliar, pada 2009 naik dua kali lipat menjadi Rp1 triliun dan pada 2010 berhasil meraih Rp1,6 triliun. Kemudian pada 2011 mendapatkan marketing sales sebesar Rp2,81 triliun.
“Lalu tahun 2012 meningkat menjadi Rp3,6 triliun danRp4,82 pada 2013,” ucap dia.
Kembangkan Alam Sutera
Lia mengatakan, mempunyai keinginan yang mempengaruhi konsep pengembangan Alam Sutera, yakni keinginan memiliki rumah di lingkungan yang dihiasi pepohonan rindang. Keinginan itu memunculkan inspirasi dengan menghadirkan lingkungan hijau dengan banyak pepohonan di kawasan Alam Sutera.
Baca juga: Silvia Halim: Passion, Goals dan Mimpi
Semua utilitas, kata dia, seperti kabel telepon dan listrik ditanam di bawah tanah dengan tujuan tak ada kabel berseliweran di atas yang bisa berakibat pada tindakan memangkas dahan atau ranting pepohonan.
“Menggarap Alam Sutera itu yang pertama dipikirkan soal pohon dan ekologi,” ujarnya.
Selain soal pohon dan akses, kata dia, infrastruktur mendapat perhatian ekstra agar memberi kenyamanan untuk penghuni. Misalnya, jalan lingkungan lebar dan mulus, pedestrian, termasuk membuat akses langsung ke jalan tol.
Ia mengatakan, Pandemi Covid-19 mengubah tren gaya hidup masyarakat dengan satu tujuan yakni sehat. Jika dilihat dari kacamata properti, kata Lia, perubahan gaya hidup harus diperhatikan, karena rumah merupakan bagian dari kehidupan setiap orang di dalamnya.
“Perubahan gaya hidup mempengaruhi tren properti yang berkembang,” ucap wanita yang mengambil gelar Master of Landscape Architecture, University of Pennsylvania, Philadelphia, U.S.A
Menurut dia, saat ini mulai terbentuk pola pikir lebih menikmati hidup di kalangan konsumen. Waktu di rumah menjadi begitu penting untuk dinikmati. Apalagi, rumah merupakan tempat menghabiskan waktu, baik untuk bekerja, berkumpul bersama keluarga, hingga rekreasi.
“Ada perubahan kehidupan seperti yang sebelumnya offlline menjadi online. Bekerja di rumah, bermain di rumah, bahkan makan makanan dari restoran kesukaan pun di rumah. Artinya rumah semakin menjadi bagian penting bagi kehidupan penghuni,” jelas dia.
Hal ini, kata Lia, berpengaruh terhadap permintaan properti yang semakin menuntut kenyamanan untuk melakukan berbagai kegiatan di rumah. Ia mengatakan, konsumen properti mengharapkan ruang pribadi dangan sirkulasi udara yang baik lantaran memiliki kekuatan membangun energi positif di dalam tubuh.
Menurut Lia, saat ini pasar menuntut keberadaan ruang yang luas di dalam rumah. Desain ruangan yang sempit bisa mempengaruhi suasana hati yang merasa ditekan dan tidak leluasa. Akibatnya, membuat rumah menjadi tidak nyaman.
“House harus menjadi home. Ada rasa kepemilikan dan kenyamanan hakiki yang muncul dari makna home,” ucap Lia.
Ia mengatakan, Alam Sutera sudah memikirkan adanya working space di dalam rumah untuk membedakan fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat kerja. Selain itu, memiliki lingkungan yang sehat jasmani dan rohani.
“Sehingga hidup terasa bahagia dan manfaatnya kembali lagi ke dalam diri menjadi sehat,” kata Lia penuh semangat.
Sebagai contoh, di tengah pandemi Covid-19 Alam Sutera mengenalkan Sutera Winona. Produk ini menawarkan hunian dengan tampilan yang tidak padat dengan desain ruangan yang besar dan luas. Sehingga, kesan bebas dan santai terpancar di dalamnya.
“Sutera Winona menjadi cara Alam Sutera menyesuaikan kondisi market saat ini, yaitu perubahan gaya hidup yang semakin berkembang pasca pandemi. Desain yang nyaman, luas, tapi mengedepankan privasi menjadi diferensiasi yang menawarkan kehidupan bahagia untuk penghuninya,” ujar Lia.
Baca artikel selanjutnya: