Lewat Kinematic Pavilion 2.0, Planawood Hadirkan Fasilitas Ramah Lingkungan di Perkotaan
Kinematic Pavilion diadaptasi menjadi sebuah instalasi arsitektural-musikal melalui kolaborasi antara arsitek, musisi, dan pengrajin.
Konstruksi Media – Lingkungan perkotaan seringkali gagal dalam menyediakan sarana yang layak untuk masyarakat berinteraksi, bereksplorasi, dan belajar.
Menjawab tantangan ini, Planawood yang merupakan sebuah material pengganti kayu yang terbuat dari Sampah Sekam Padi dan Sampah Plastik, berkontribusi dalam kegiatan Kinematic Pavilion 2.0.
Setara dengan penggunaan 1100 kg Sekam Padi & 550kg Sampah Plastik, Penggunaan Planawood menghadirkan tampilan natural yang indah sembari membantu keberlangsungan alam di sekitar.
Kinematic Pavilion diadaptasi menjadi sebuah instalasi arsitektural-musikal melalui kolaborasi antara arsitek, musisi, dan pengrajin. Proyek ini merupakan adaptasi desain dari instalasi Kinematic Pavilion sebelumnya yang berbentuk kubah instrumen perkusi dengan menggunakan alat musik sederhana dari material bangunan ramah lingkungan.
Berlokasi di Hutan Sampireun, Bintaro, proyek ini menggabungkan arsitektur dan musik, dengan menciptakan sebuah kubah instrumen perkusi yang menyatu harmonis dengan alam sekitar, dan menampilkan alat musik sederhana yang dapat dibuat sendiri (DIY) dari material bangunan ramah lingkungan.
Planawood, sangat peduli terhadap keberlanjutan, berkomitmen untuk menyediakan fasilitas ramah lingkungan di tengah perkotaan yang padat.
Dengan memanfaatkan material daur ulang dan diproses secara efisien, Planawood menciptakan produk yang bukan hanya estetis tetapi juga tahan lama dan rendah emisi. Pendekatan ini mendukung terciptanya ruang publik yang hijau dan sehat, membantu mengurangi jejak karbon, serta mendorong masyarakat perkotaan untuk lebih terhubung dengan alam.
Komitmen Planawood ini sejalan dengan visi kota-kota berkelanjutan yang mengutamakan keseimbangan antara kemajuan dan kelestarian lingkungan.
Mengenai Kinematic Pavilion 2.0. dengan menghadirkan konsep ramah lingungan ini dengan menampilkan desain menyerupai instrument musik perkusi.
Instrumen musik ini dirancang agar inklusif dan dapat diakses oleh semua orang, termasuk anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas, sehingga menciptakan ruang publik yang ramah dan fungsional bagi berbagai lapisan masyarakat.
Kesederhanaan dalam konstruksi dan penggunaannya secara manual mencerminkan esensi desain analog, memberikan kemudahan pemahaman dan penggunaan bagi semua pengunjung.
Alat musik tongofon yang terbuat dari pipa PVC bebas timbal dan cat ramah lingkungan berpola psikedelik, diatur dalam berbagai tangga nada, sehingga memungkinkan siapa saja, tanpa perlu memiliki pengetahuan musik, untuk bermain dan menciptakan melodi. Sementara 2 kubah kecil sebagai tirai panggung, dianyam dari limbah kain agar dapat berputar dengan ringan.
Selain itu, design ini juga menggunakan berbagai macam material ramah lingkungan seperti penggunaan Planawood sebagai lantai pedestal (decking) dan alat perkusi.
Baca Juga :
- Lewat Seminar Internasional PII, Insanul Kamil: Perkuat Daya Saing Bangsa
- LRT Jabodebek Uji Coba Aturan Bawa Sepeda Standar
- Jababeka Bangun Rumah Sakit Pendidikan Standar Internasional
- Di Seminar Internasional PII, PJ Gubernur Adhy Ingin Jadikan Jatim Sebagai Surganya Investasi
- Seminar Internasional PII, Ketua Penyelenggara: Perkuat Kolaborasi dengan Stakeholder