
Bermula dari kelas manajemen rantai pasok tersebut, Kampus Pahlawan ini semakin memantapkan pengembangan kedua bidang ilmu tersebut dengan mengadakan konferensi internasional pada tahun 2005. Konferensi internasional bertajuk Operations and Supply Chain Management ini digelar di Bali dan selanjutnya terus dihelat di berbagai negara lain.
“Ini merupakan upaya ITS dalam memelopori penyebarluasan penerapan logistik dan manajemen rantai pasok,” jelas profesor kelahiran Bangli, Bali ini.

Dia mengungkapkan kembali, sumbangsih ITS ini terus dilanjutkan hingga terlibat sebagai pelopor dalam pembentukan Institut Supply Chain dan Logistik Indonesia (ISLI). Ia berujar, ITS terus mengembangkan bidang ilmu tersebut, bahkan terus mengeskalasikannya kepada jenjang pascasarjana dan menyediakan fasilitas pembelajaran yang mumpuni.
“Lahirnya Laboratorium Logistik dan Manajemen Rantai Pasok di Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS menjadi bukti atas hal ini,” jelasnya.
Lelaki berkacamata itu melanjutkan, berbagai program lainnya seperti penetrasi mata kuliah di berbagai departemen hingga terpublikasinya berbagai jurnal dan penelitian terus digencarkan hingga kini. Upaya tersebut menjadi langkah ITS untuk mewadahi para mahasiswanya demi menjadi perguruan tinggi yang ideal dalam mematangkan logistik dan manajemen rantai pasok. “Perlahan tetapi pasti, ITS kini mulai mencapai kondisi institusi yang cukup ideal,” beber dia.
Kondisi ideal ini, imbuh Nyoman, perlahan diraih dengan keunggulan publikasi riset hingga eratnya hubungan ITS dengan berbagai industri. Oleh karena itu, kesempatan para mahasiswa memahami logistik dan manajemen rantai pasok akan tumbuh pesat. “Konsultasi, pelatihan, dan kerja sama di bidang terkait menjadi media pembelajaran yang baik bagi mahasiswa,” ucap lelaki yang sebelumnya menjabat sebagai Dekan Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ITS dan sekarang diamanahi menjadi Rektor Universitas Logistik dan Bisnis Internasional (ULBI) ini.