News

Konferensi Regional Teknik Jalan HPJI, Prof Agus: Tingkatkan Kompetensi Anggota

Perhelatan diskusi nasional ini melihat persoalan dalam pengembangan jalan di Indonesia, aspek teknologi, sosial, ekonomi, hukum dan lingkungan.

Konstruksi Media – Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI) menyelenggarakan kegiatan Konferensi Regional Teknik Jalan (KRTJ) ke-15 dan ini merupakan agenda tahunan untuk meningkatkan kompetensi anggota.

Hal tersebut dikatakan oleh Ketua Bidang Jalan Hijau HPJI Prof. Agus Taufik Mulyono saat berbincang dengan Konstruksi Media dalam pelaksanaan KRTJ HPJI di Jeep Station Indonesia, Bogor, Jawa Barat, Selasa, (20/12/2022).

“Ini merupakan agenda rutin tahunan yang diinisiasi oleh Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI) selaku asosiasi profesi yang sudah terakreditasi,” ungkap Prof Agus.

Ia menjelaskan perhelatan diskusi nasional digelar dengan melihat pengembangan jalan di Indonesia, baik dari aspek teknologi, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek hukum, lingkungan.

“Kegiatan ini terlaksana cukup komprehensif, karena terdapat pemaparan karya ilmiah dari beberapa praktisi dan akademisi maupun birokrat. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan dialog interaktif melihat persoalan-persoalan strategis yang sedang terjadi,” kata Prof Agus.

Di hari ke-2 dilaksanakan dialog interaktif yang sangat bagus mengangkat tema “Jalan Yang Berestetika dan Responsif Gender”, di mana dalam dialog tersebut jalan itu BB harus mengedepankan nilai manusia dan kemanusiaan.

Sebelumnya, di hari pertama pembukaan dilakukan dialog interaktif yang membahas mengenai percepatan sertifikasi ahli jalan, yang mana ini menjadi PR bersama.

“Karena bangun apapun kalau manusia konstruksinya tidak dipersiapkan dengan baik tidak akan dapat terbangun,” jelas Prof Agus.

Baca Juga : Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia akan Selenggarakan KRTJ ke-15 di Bogor

Kegiatan tersebut juga dilaksanakan sidang-sidang makalah dari berbagai aspek yang ditinjau, misalnya aspek ODOL (Over Dimention Over Load), aspek penerapan teknologi jalan, aspek pengendalian lingkungan, mutu dan lainnya yang berkaitan dengan jalan dan lainnya.

“Sidang makalah tersebut dilakukan oleh para pihak yang terlibat didalamnya, seperti para badan usaha milik negara (BUMN) yang membangun jalan, akademisi, praktisi, pemerhati jalan dan lainnya,” imbuh dia.

Prof Agus kembali mengemukakan bahwa kegiatan ini menjadi ajang pertemuan ilmiah tahunan yang menjadi bagian tugas utama dari asosiasi profesi salah satunya yakni pemberdayaan anggota.

Ketua Bidang Jalan Hijau HPJI Prof. Agus Taufik Mulyono. Dok. Ist Komed/Didi

Sebab, untuk bisa asosiasi profesi terakreditasi ulang, salah satu syaratnya yakni harus melakukan pemberdayaan kepada anggota.

Mengangkat tema besar “Jalan Berkualitas, Berestetika dan Ramah Lingkungan”, penyelenggara jalan tidak hanya sekadar fokus membangun jalan hitam dan kuat.

“Melainkan ada tugas-tugas kemuliaan yang harus dijalankan seperti ramah lingkungan, ramah terhadap anak-anak dan ibu hamil, serta ekonomi lemah,” terangnya.

PR Besar Bersama

Prof Agus menyebut dalam pembangunan jalan yang berestetika di Indonesia terdapat PR besar yang harus diselesaikan secara bersama-sama.

Salah satu PR-nya misalnya pada jalan nasional yang menjadi tantangannya adalah faktor eksternal dan internal.

“Faktor eksternal itu harus dikerjakan secara kolaboratif antar Kementerian/Lembaga, bahkan Presiden juga ikut turun tangan. Mengapa demikian, karena ada persoalan ODOL, banjir spasial, ada gangguan ruang jalan yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi lokal dan ini peran pemerintah daerah yang memberikan izin tersebut,” terangnya

“Untuk faktor internal yakni berkaitan dengan persoalan mutu manusia penyedia jasanya seperti mutu manusia kontraktornya, konsultannya, mutu manusia PPK-nya dan sebagainya. Ini memiliki tanggung jawab secara hilirisasi untuk mewujudkan jalan yang berkualitas,” sambung Prof Agus.

Dia berharap, dengan terselenggaranya kegiatan ini semoga ke depan persoalan-persoalan tersebut dapat diatasi, terutama permasalahan faktor internal.

Karena menurutnya faktor internal itu menyangkut sertifikasi, kompetensi dan kepatuhan manusianya terhadap regulasi.

“Orang yang memiliki sertifikat kompetensi belum tentu dia patuh. Untuk itu, kepatuhan mulai harus disadarkan dan digaungkan. Sebenarnya membangun jalan itu tujuan yang pertama yakni berestetika, berbudaya, patuh terhadap standar. Budaya patuh itu tidak pernah diingatkan, dan budaya patuh itu sebenarnya bagian dari etika, dan ini yang harus diperhatikan,” tutupnya.

Baca Artikel Selanjutnya :

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp