News

Kolaborasi Kingdee dan IOTF Pacu Pertumbuhan ERP dan Pusat Data Nasional

Kolaborasi ini diyakini bisa mempercepat penetrasi sistem ERP di pasar Indonesia. 

Konstruksi Media — Bisnis data center di Indonesia tengah menunjukkan geliat yang luar biasa seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur digital yang andal. 

Salah satu buktinya adalah langkah strategis yang diambil oleh PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF), perusahaan publik yang dikenal melalui produk GPS Tracker Fox Logger. IOTF resmi ditunjuk sebagai mitra lokal oleh Kingdee International Software Group, raksasa perangkat lunak enterprise asal China yang menjadi pesaing utama SAP dan Oracle di pasar global.

Penunjukan ini menandai strategi ekspansi Kingdee ke pasar Indonesia yang tengah berkembang pesat dalam hal adopsi solusi digital berbasis cloud. 

Dalam perjanjian ini, Kingdee diwakili oleh Dr. Liu Yujie, dari kantor pusatnya di Singapura. Kingdee melihat Indonesia sebagai pasar strategis karena pertumbuhan kebutuhan transformasi digital di berbagai sektor industri nasional, termasuk UMKM.

Pasar perangkat lunak enterprise di Indonesia memang sedang tumbuh signifikan. Menurut data Statista, pada tahun 2025, pendapatan sektor perangkat lunak enterprise di Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 546,35 juta. Angka ini mencerminkan tingginya kebutuhan akan sistem ERP yang mampu mengintegrasikan proses bisnis secara otomatis, cepat, dan efisien.

Dengan pengalaman IOTF dalam bermetamorfosis dari bisnis tradisional menjadi perusahaan teknologi berbasis publik, kolaborasi ini diyakini bisa mempercepat penetrasi sistem ERP di pasar Indonesia. 

CEO IOTF, Alamsyah Cheung, menyebut kemitraan ini sebagai tonggak penting dalam mendorong digitalisasi bisnis lokal. Ia yakin pengalaman IOTF bisa menjembatani kebutuhan usaha yang belum terjamah sistem ERP modern.

Selain ERP, pertumbuhan bisnis pusat data juga menjadi sorotan. Menurut laporan Omadata, sektor data center Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 14% selama 2023–2028. “Nilai pasar pun diperkirakan naik dari USD 2,06 miliar menjadi USD 3,98 miliar. Lonjakan ini didorong oleh meningkatnya adopsi teknologi digital serta kebutuhan penyimpanan data yang lebih besar, cepat, dan aman,” katanya.

Langkah Kingdee untuk masuk pasar Indonesia melalui IOTF juga dinilai selaras dengan tren global. Oracle, perusahaan teknologi asal AS, baru-baru ini mengumumkan rencana membangun cloud service center di Batam. 

“Posisi geografis Batam yang strategis menjadi nilai tambah, memperkuat Indonesia sebagai calon hub layanan cloud di Asia Tenggara, menyusul Singapura dan Malaysia,” sebut dia.

IOTF dan Kingdee pun tak hanya berfokus pada ERP, melainkan juga menaruh perhatian serius terhadap pengembangan data center ke depan. Alamsyah menegaskan bahwa riset dan pengembangan akan terus dilakukan untuk membangun infrastruktur cloud yang kuat dan lokal, yang dapat mendukung implementasi sistem Kingdee secara optimal di Indonesia.

Dengan Kingdee sebagai perusahaan dengan kapitalisasi pasar Rp100 triliun dan IOTF yang kini bernilai sekitar Rp600 miliar, kolaborasi ini membuka peluang besar untuk merger & acquisition di masa depan. Tujuannya jelas memperkuat infrastruktur digital nasional dan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan utama dalam lanskap ekonomi digital Asia Tenggara.

Baca Juga :

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp