Kiprah Srikandi Konstruksi Indonesia
Peran perempuan masih relatif terbatas, masih didominasi pria. Tidak hanya di Indonesia, bahkan di dunia.
Konstruksi Media – Kiprah para srikandi konstruksi Indonesia baik dari pemerintahan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun swasta menarik untuk ditelusuri. Peran kaum perempuan di sektor konstruksi mampu memberikan inspirasi ketika masuk ke dunia yang erat dengan kaum Adam itu.
Sektor infrastruktur dan konstruksi memainkan peran penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada tahun 2022 tumbuh 5,31% secara tahunan (y-o-y). Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha, salah satunya sektor konstruksi yang masih tumbuh 2,01%.
Sektor konstruksi juga menjadi sektor penting, karena berada di posisi 4 sebagai sektor yang signifikan dalam menyerap tenaga kerja. Produk Domestik Bruto (PDB) konstruksi berkontribusi besar terhadap PDB nasional secara keseluruhan. Sementara itu, PDB sektor konstruksi berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2022 mencapai 1.124,7 triliun naik 2,01% dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 1.102,5 triliun.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sektor konstruksi juga masih menjadi 5 besar, hanya kalah dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Konstruksi berada di posisi 4 sebagai penyerap tenaga kerja terbesar dibandingkan dengan sektor lapangan usaha lainnya.
Data-data di atas menunjukkan begitu strategisnya sektor konstruksi. Akan tetapi, peran perempuan masih relatif terbatas, masih didominasi pria. Tidak hanya di Indonesia, bahkan di dunia termasuk di negara-negara maju, laki-laki lebih dominan berkecimpung di sektor rancang bangun ini.
Baca juga: Mudik 2023, PUPR Sediakan 146 Sarana Air Bersih dan Sanitasi di 46 Titik se-Indonesia
Data Komisi Eropa (European Commission) menyebutkan bahwa pada 2008, sektor konstruksi didominasi laki-laki, perempuan hanya mewakili 8% tenaga kerja UE dan 10% tenaga kerja Inggris.
Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, pada tahun 2020, 46,8% dari total tenaga kerja di AS merupakan wanita. Namun, di industri konstruksi hanya 10,9% pekerja wanita. Jadi, tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia juga trennya sama, bahwa sektor konstruksi masih didominasi pekerja pria.
Seluruh pemangku kepentingan perlu terus mendorong kiprah para perempuan, khususnya generasi milenial, ke dalam sektor konstruksi. Seringkali masih muncul berbagai hambatan secara tidak langsung untuk mendorong peran perempuan di sektor. Misalnya, dalam iklan pekerjaan konstruksi, muncul diksi kuat, tangguh, tantangan, tekanan, dan diksi-diksi lainnya yang terkesan berat dan identik dengan pria. Di sisi lain, dari sisi perempuan sendiri tentu perlu memiliki optimistis mampu berkarier di sektor konstruksi.
Akan tetapi, saat ini sudah banyak para perempuan yang berkiprah di konstruksi, bahkan berhasil dan meraih berbagai pencapaian. Tidak sedikit juga perempuan yang justru menjadi leader di sektor konstruksi baik di pemerintahan, perusahaan milik negara (BUMN), maupun korporasi swasta. (Zuhri)
Baca artikel selanjutnya: