AsosiasiInfrastrukturNewsTeknologi

Ketum PII Tekankan Reindustrialisasi untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045

Dalam seminar PII, peran insinyur dalam membangun kemandirian teknologi dan ketahanan nasional sangat penting.

Konstruksi Media — Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Dr.-Ing. Ilham Akbar Habibie, menekankan pentingnya bagi pemerintah untuk melakukan reindustrialisasi. Sebab, menurut dia, reindustrialisasi merupakan kunci utama dalam mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.

Dalam Seminar Nasional PII Outlook Industrialisasi Indonesia, yang diselenggarakan di ICE BSD, bertepatan dengan pelaksanaan pameran material industri konstruksi yaini IndoBuildTech 2025 tersebut, Habibie mengingatkan bahwa semua negara maju memiliki industri yang kuat di balik kemajuan mereka. Oleh karena itu, Indonesia harus segera mengambil langkah serius untuk memperkuat sektor industrinya.

Mengangkat tema “Peran Insinyur dalam Membangun Kemandirian Teknologi dan Ketahanan Nasional”, seminar ini menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali peran strategis para insinyur dalam membangun masa depan bangsa.

“Kemandirian teknologi hanya bisa dicapai jika Indonesia memiliki struktur industri yang kokoh dan berkelanjutan, dan itu hanya dapat diwujudkan melalui kontribusi nyata para insinyur Indonesia,” ungkap Ilham Habibie, Sabtu, (05/07/2025).

Seminar Outlook Industrialisasi PII
Seminar Outlook PII. Dok. Konstruksi Media

Ia menamakan bahwa Indonesia saat ini belum sepenuhnya masuk dalam fase reindustrialisasi, melainkan deindustrialisasi yang umumnya terjadi.

Sebagai diketahui, deindustrialisasi merupakan penurunan aktivitas industri di suatu negara atau wilayah, yang ditandai dengan pengurangan output sektor manufaktur, penurunan kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan berkurangnya lapangan kerja di sektor industri.

Sedangkan, reindustrialisasi merupakan upaya dalam melakukan perubahan dan perbaikan secara holistik dan komprehensif dalam proses industrialisasi untuk mendorong kembali pembangunan industri manufaktur nasional.

Dikatakan olehnya, reindustrialisasi harus menjadi gerakan nasional, sebuah perjuangan kolektif seluruh elemen bangsa.

Dia juga menyinggung bahwa dalam perjalanan menuju reindustrialisasi, akan ada pasang surut, tantangan, dan proses yang tidak selalu linier. Namun keyakinan terhadap arah dan tujuan besar tersebut harus terus dijaga.

“Kita harus percaya, bahkan harus jatuh bangun dalam meyakini bahwa masa depan Indonesia hanya bisa dibangun melalui industrialisasi yang kokoh dan berkelanjutan,” terangnya.

Menurut Ilham, reindustrialisasi bukan hanya agenda teknokratik, melainkan panggilan sejarah untuk membangun kembali struktur industri nasional yang sempat melemah. Dalam pandangannya, momentum ini harus dimanfaatkan untuk membangun kemandirian bangsa, bukan hanya sebagai slogan, tetapi sebagai fondasi nyata menuju masa depan Indonesia yang berdaulat, maju, dan mandiri.

Dalam seminar tersebut dihadiri oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy; Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti; Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Dr. Cris Kuntadi; Wakil Ketua Umum PII Prof. Agus Taufik Mulyono, Sekjen PII Teguh Haryono, hingga anggota dan pengurus PII Pusat.

 

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp