
Keniscayaan Transformasi Digital untuk Kehandalan Rantai Pasok Nasional
Oleh: Amril Taufik Gobel, Vice President Procurement EPC dan Investasi, Divisi Supply Chain Management, PT Nindya Karya
Konstruksi Media — Dalam presentasinya yang memukau di ajang Supply Chain Manager Summit 2025, hari Sabtu (21/6) di Hotel HARRIS Kelapa Gading yang diselenggarakan oleh “Bincang Supply Chain Community”, Franklin Kurniawan, CEO OPEX Consulting Group, melontarkan pernyataan tajam yang memicu refleksi mendalam: “Supply chain management is sexy, but without digital transformation, it will be a messy.”
Kutipan ini bukan sekadar permainan kata, melainkan sebuah peringatan serius bahwa daya tarik manajemen rantai pasok di era modern hanya akan menjadi ilusi bila tidak dibarengi dengan adopsi teknologi digital.
Di tengah kompleksitas global dan tekanan untuk efisiensi serta keberlanjutan, transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Tanpa itu, manajemen rantai pasok hanya akan menghadirkan kekacauan operasional, inefisiensi, dan ketidakmampuan beradaptasi dengan dinamika pasar.
Perjalanan transformasi digital dalam pengelolaan rantai pasok nasional Indonesia telah memasuki fase krusial yang tidak dapat dihindari lagi. Momentum ini semakin menguat seiring dengan perkembangan ekonomi digital Indonesia yang diprediksi akan mencapai nilai fantastis sebesar 360 miliar dolar Amerika Serikat pada tahun 2030 menurut penelitian e-Conomy SEA oleh Google, Temasek, dan Bain & Company.
Angka ini bukan sekadar proyeksi optimis, melainkan cerminan dari pertumbuhan yang sudah terukur dengan penetrasi internet nasional yang telah mencapai 79,5 persen dari total populasi menurut APJII
Transformasi digital dalam manajemen rantai pasok menjadi keniscayaan yang didorong oleh realitas pasar yang terus berubah dinamis. Pasar transformasi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai 24,37 miliar dolar Amerika pada tahun 2025 dan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk sebesar 19,44 persen hingga mencapai 59,23 miliar dolar Amerika pada tahun 2030 menurut Mordor Intelligence.
Pertumbuhan eksponensial ini mencerminkan urgensi adopsi teknologi digital dalam berbagai sektor, termasuk pengelolaan rantai pasok yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Tantangan yang dihadapi organisasi dalam mengelola rantai pasok semakin kompleks di era pascapandemi. Sekitar sembilan dari sepuluh pemimpin operasi dan rantai pasok menyatakan bahwa biaya pemasok dan material akan meningkat signifikan dalam tahun mendatang. Kondisi ini memaksa perusahaan untuk mencari solusi inovatif melalui pemanfaatan teknologi digital guna mempertahankan efisiensi operasional dan daya saing di pasar global.

Adopsi kecerdasan buatan dalam ekosistem rantai pasok Indonesia menunjukkan tren yang sangat menggembirakan. Adopsi kecerdasan buatan di Indonesia diperkirakan akan meningkat sebesar 30 persen pada tahun 2025 menurut laporan WalkMe , yang selanjutnya akan mempercepat dampak ekonomi digital terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Meskipun Indonesia masih berada dalam tahap awal adopsi kecerdasan buatan, momentum pertumbuhan ini menunjukkan komitmen serius dalam memodernisasi sistem pengelolaan rantai pasok nasional.
Investasi dalam digitalisasi rantai pasok mengalami perkembangan yang menarik sepanjang tahun 2024. Investasi dalam digitalisasi rantai pasok mencapai titik keseimbangan pada tahun 2024 setelah mengalami lonjakan dari tahun 2020 hingga 2023, menurut McKinsey. Meskipun pertumbuhan pengeluaran digital mengalami perlambatan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mulai lebih selektif dan strategis dalam mengimplementasikan solusi digital yang tepat sasaran.
Penggunaan robotika dalam rantai pasok menunjukkan tren pertumbuhan yang konsisten dan terukur. Penggunaan robot dalam rantai pasok diprediksi akan tumbuh sebesar 14 persen setiap tahunnya hingga tahun 2025. Pertumbuhan ini sejalan dengan kebutuhan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual dalam proses yang dapat diotomatisasi.
Implementasi platform adopsi digital dalam organisasi menunjukkan komitmen serius terhadap transformasi menyeluruh. Pada tahun 2025, 70 persen organisasi akan menggunakan platform adopsi digital di seluruh teknologi mereka untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Statistik ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik dalam transformasi digital yang tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga pada pengalaman dan kemudahan penggunaan bagi seluruh pemangku kepentingan.
Pasar analitik rantai pasok mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dan menjanjikan peluang investasi yang menggiurkan. Pasar analitik rantai pasok diperkirakan akan tumbuh hingga mencapai 10,7 miliar dolar Amerika pada tahun 2027. Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya kesadaran perusahaan akan pentingnya data dan analitik dalam pengambilan keputusan strategis terkait pengelolaan rantai pasok.

Keberhasilan otomatisasi dalam rantai pasok menunjukkan hasil yang menggembirakan berdasarkan penelitian terbaru. Penelitian terbaru McKinsey menunjukkan bahwa 61 persen responden telah mencapai tujuan otomatisasi mereka. Angka ini menggarisbawahi pentingnya identifikasi faktor kunci yang berkontribusi terhadap keberhasilan otomatisasi, dengan dua pertiga responden aktif menguji coba inisiatif otomatisasi dalam berbagai unit bisnis.
Sektor kesehatan Indonesia telah menunjukkan contoh nyata keberhasilan transformasi digital dalam pengelolaan rantai pasok. Pada tanggal 15 Oktober 2024, Indonesia meluncurkan komponen kunci dari kerangka kerja rantai pasok digital blueprintnya SATUSEHAT Logistics: SMILE e-LMIS, sebuah sistem informasi manajemen logistik elektronik yang baru dikembangkan. Inisiatif ini didukung dengan investasi substansial sebesar 9 juta dolar Amerika untuk meningkatkan sistem e-LMIS dan memperluas jangkauannya ke 10.000 fasilitas kesehatan di 38 provinsi pada akhir tahun 2025.
Rencana adopsi teknologi canggih dalam lima tahun ke depan menunjukkan komitmen jangka panjang perusahaan terhadap transformasi digital. Selama lima tahun ke depan, lebih dari 75 persen perusahaan berencana mengadopsi kecerdasan buatan, komputasi awan, dan analitik lanjutan, yang menyoroti kebutuhan investasi dalam pelatihan dan pengembangan tenaga kerja. Statistik ini juga mengingatkan bahwa perusahaan yang gagal meningkatkan keterampilan karyawan mereka mungkin akan kesulitan memanfaatkan teknologi-teknologi tersebut secara efektif.
Prioritas mendesak dalam pengelolaan rantai pasok modern tercermin dari data survei terbaru yang menunjukkan bahwa 48 persen organisasi melaporkan transformasi digital sebagai prioritas utama. Angka ini menegaskan bahwa sektor manajemen rantai pasok sedang mengalami transformasi cepat yang didorong oleh inovasi digital, peningkatan risiko, dan evolusi persyaratan kepatuhan.
Transformasi digital dalam pengelolaan rantai pasok nasional Indonesia bukan lagi pilihan strategis, melainkan keharusan yang tidak dapat dihindari. Data kuantitatif yang tersaji menggambarkan momentum pertumbuhan yang kuat, dukungan investasi yang signifikan, dan komitmen jangka panjang dari berbagai pemangku kepentingan. Keberhasilan implementasi sistem digital seperti SMILE e-LMIS dalam sektor kesehatan memberikan blueprint yang dapat diadaptasi untuk sektor lainnya.
Refleksi dari Supply Chain Management Summit 2025 menunjukkan bahwa transformasi digital di kegiatan rantao pasok nasional adalah niscaya. Dengan dukungan data yang kuat, investasi yang terarah, dan komitmen yang konsisten, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin regional dalam pengelolaan rantai pasok digital yang handal dan berkelanjutan.
Momentum ini harus dimanfaatkan secara optimal dengan melibatkan seluruh ekosistem bisnis, pemerintah, dan akademisi untuk mewujudkan visi rantai pasok nasional yang tangguh dan adaptif di era digital.