Kementerian PPN: Indonesia Rentan Terhadap Perubahan Iklim
Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi sebesar 80% dari total bencana yang terjadi di Indonesia
Konstruksi Media – Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN), Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim. Sehingga banyak risiko yang dihadapi oleh Indonesia terhadap perubahan iklim tersebut.
Hal itu dikatakan olehnya Dalam gelaran webinar nasional Green Economy Indonesia Summit 2022: The Future Economy of Indonesia.
Ia mengungkapkan salah satu risiko yang dihadapi terhadap perubahan iklim tersebut yakni :
“Kelangkaan air, meningkatnya tingkat banjir dan kekeringan yang parah akan memperburuk kelangkaan air bersih,” katanya, (13/5/2022).
Kemudian, kerusakan ekosistem darat, secara ilmiah diprediksi akan terjadi kebakaran hutan yang parah. Hal ini dapat menyebabkan hilangkan ekosistem, keanekaragaman hayati dan perubahan biomassa.
Baca Juga : Ini Sejumlah Potensi Kerugian Ekonomi Akibat Perubahan Iklim di Indonesia
Selanjutnya, kerusakan ekosistem laut, naiknya suhu permukaan laut, menyebabkan punahnya terumbu karang, rumput laut, mangrove, beberapa keanekaragaman hayati dan ekosistem laut.
Lalu, penurunan kualitas kesehatan, banjir dapat menyebabkan penyebaran bpenyakit tukar vektor dan kematian akibat tenggelam. Ia menambahkan, peningkatan suhu dapat menyebabkan kematian akibat serangan panas.

“Serta kelangkaan pangan, perubahan produksi bioma dan ekosistem dapat menyebabkan kelangkaan pangan bagi semua makhluk hidup,” bebernya.
Ia menambahkan, perubahan iklim dapat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi yang saat ini mencapai 80% dari total bencana yang terjadi di Indonesia. Potensi kerugian ekonomi Indonesia bisa mencapai 0,66% hingga 3,45% dari PDB pada 2030.
Lebih jauh, ia menjelaskan Indonesia menyumbang total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar di Asia Tenggara selama 2017-2018. Diketahui emisi Indonesia tahun 2018 sebesar 969,58 juta Mton CO2e. Untuk itu, pemerintah terus berupaya menurunkan emisi GRK mencapai target karbon netral (Net Zero Emission) pada 2060 atau lebih cepat melslu penerapan ekonomi hijau.
Namun demikian, katanya, perekonomian Indonesia sangat bergantung pada pasokan energi primer yang didominasi oleh bahan bakar fosil. Energi primer terbesar di Indonesia masih berasal dari batubara, minyak bumi dan gas alam.
“Energi primer di Indonesia saat ini merupakan penyumbang emisi tertinggi sebesar 31,1% yang dikontribusikan oleh batubara,” paparnya.
Baca Artikel Selanjutnya :