Kembangkan Bandara Kualanamu, Angkasa Pura Butuh Modal Hingga Rp56 Triliun
Konstruksi Media – Direktur PT Angkasa Pura Aviasi Haris mengatakan, pengembangan Bandara Internasional Kualanamu di Sumatera Utara membutuhkan modal senilai Rp 56 triliun hingga 25 tahun mendatang.
Menurutnya, pengembangan tersebut untuk meningkatkan jumlah penumpang dari total 10,5 juta orang per tahun pada 2018 menjadi 54 juta pada 2047 yang berasal dari pergerakan domestik dan internasional.
“Untuk mencapai itu, kami akan fokus menambah rute baru dari India, sub-continent India, dan Asia sambil meningkatkan konektivitas Kota Medan,” ujarnya dikutip pada Jumat (31/12/2021).
- Profesor ITS Kembangkan Metode Komputasi Material Berbasis Meshless untuk Efisiensi dan Keberlanjutan
- Navigasi Risiko Sektor Publik 2025: Strategi untuk Keberlanjutan Keuangan dan Infrastruktur
- ASTRA Infra Siapkan Layanan Prima untuk Mudik Lebaran 2025, Aman dan Nyaman
Haris menuturkan, modal akan dipakai untuk mengembangkan infrastruktur bandara yang meliputi pembangunan landasan pacu atau runway baru, perluasan terminal, dan penambahan fasilitas utama bandara.
Selain itu, perusahaan bakal memperluas kerja sama bandara dengan mitra maskapai asing guna meningkatkan konektivitas.
Investasi, kata Haris, juga diperlukan untuk mengembangkan area komersial yang berbasis aero-city. “KNO akan menjadi bandara dengan konsep aero city melalui know-how transfer,” ucapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan bisnis non-penumpang, Angkasa Pura Aviasi pun berencana membangun infrastruktur yang memudahkan penerbangan kargo.
Pengembangan operasional bisnis kargo menjadi salah satu fokus lantaran sejak pandemi Covid-19, tren pengiriman barang melalui maskapai penerbangan meningkat.
Adapun pengembangan Bandara Kualanamu dibagi menjadi empat tahap selama masa konsesi 25 tahun. Tahap pertama, pengembangan bandara membutuhkan investasi Rp 8 triliun. Investasi akan terlaksana pada 2025-2027.
Pada tahap ini, pengelola bandara menargetkan adanya peningkatan jumlah penumpang sampai 17 juta dengan kapasitas maksimal terminal 20 juta orang. Pada tahap kedua, dibutuhkan investasi senilai Rp 7 triliun yang akan terealisasi pada 2028-2031.
Dengan total investasi tersebut, Haris berharap jumlah penumpang akan meningkat sampai 24 juta dan kapasitas bandara bisa menampung pergerakan maksimal 30 juta orang. Selanjutnya pada tahap ketiga, investasi yang akan dikeluarkan senilai Rp 17 triliun.
Tahap ketiga akan dilaksanakan pada rentang 2033-2036. Investasi ini untuk mendorong peningkatan jumlah penumpang sampai 42 juta orang.
Pada pengembangan tahap keempat yang akan dilaksanakan pada 2042-2044, pengelola akan merealisasikan investasi senilai Rp 15 triliun. Investasi ini untuk menambah jumlah pergerakan penumpang sebesar 54 juta pada 2047 dengan kapasitas maksimal 65 juta atau ultimate.
Haris belum mendetailkan rincian mengenai rencana pekerjaan pengembangan pada masing-masing tahap tersebut. Ia hanya menyebut bahwa rencana pengembangan telah mempertimbangkan aset eksisting, kenyamanan penumpang, hingga permintaan trafik.
PT Angkasa Pura II (Persero) melalui anak usahanya, Angkasa Pura Aviasi (APA), sebelumnya menjalin kerja sama strategis dengan GMR Airports Consortium untuk mengelola Bandara International Kualanamu di Sumatera Utara.
Dalam skema kerja samanya, Angkasa Pura Aviasi dan GMR Airports Consortium membentuk Joint Venture Company (JVCo). APA sebagai pemegang saham mayoritas akan menguasai 51 persen saham di Angkasa Pura Aviasi. Sedangkan GMR Airports Consortium memegang 49 persen saham.
Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah menyatakan bakal mendukung pengembangan Bandara Kualanamu. Dia menyebut ke depan bandara yang berlokasi di Deli Serdang itu bakal menjadi hub penerbangan di wilayah barat Indonesia.
“Ini akan jadi hal yang baik bagi Sumatera Utara dan bagi masyarakat sekitar, tidak hanya bagi Kabupaten Deli Serdang, tapi untuk seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Utara, terutama Medan, karena akan banyaknya orang datang. Nanti ekonomi ini pasti akan bergerak signifikan,” kata Musa.***