
Pilihan model holding yang disematkan kepada Semen Padang sudah seharusnya tidak hanya berorientasi kepada kepentingan holding Semen Indonesia Group (SIG), tapi yang jauh lehih tinggi dari itu adalah menjaga dan merawat kebanggaan masyarakat terhadap industri kebanggaannya dan telah menjadi bukti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kemajuan industri di Indonesia.
Operational holding yang dipilih untuk Semen Padang telah gagal mempertahankan kebanggaan Rakyat Sumatera Barat lebih dari seratus tahun dan mulai tidak memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Kegagalan percobaan operational holding yang diterapkan SIG dimana induk perusahaan Semen Indonesia Group mengambil alih semua peran strategis anak perusahaan telah sangat membatasi fleksibilitas Semen Padang untuk makin bertumbuh, berkembang dan memberi dampak terhadap Masyarakat tetapi juga mempersempit ruang kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan kinerja dan pengembangan strategis perusahaan.
Fakta lain yang tentu berkaitan dengan operating holding yang gagal adalah kinerja keuangan holding Semen Indonesia Group, dimana diinformasikan bahwa terjadi penurunan laba PT Semen Indonesia Tbk (SIG) hingga September 2024 turun signifikan pada angka 44%, hanya sebesar Rp 1,88 triliun dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai angka Rp 3,36 triliun.
Penjualan semen produksi Semen Indonesia Group secara keseluruhan turun sebesar 4%, dari 29.203 juta ton pada tahun 2023 menjadi 28.001 juta ton pada tahun 2024. Kondisi beban operasional perusahaan dan biaya transportasi yang secara keseluruhan mengalami kenaikan dari Rp 4,07 triliun pada 2023 menjadi Rp 4,13 triliun pada 2024 (naik 1%) yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan diluar usaha sepanjang Januari-September 2024 mengalami penurunan sebesar 87 miliar rupiah, menjadi 121 miliar rupiah pada tahun 2024 dibandingkan dari sebelumnya sebesar 208 miliar rupiah pada periode yang sama tahun 2023 dimana nilai ini turun hingga 42%.