Kejutan KAI di LRT Jabodebek
Pembebasan lahan menjadi tantangan terbesar pertama dalam proyek pembangunan LRT Jabodebek.
Konstruksi Media – PT Kereta Api Indonesia atau KAI (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api dengan layanan meliputi angkutan penumpang dan barang.
PT KAI dipercaya pemerintah untuk mengoperasikan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi) sebagai proyek transportasi berbasis rel dengan detail kompleks dan skala yang sangat besar.
LRT Jabodebek menjadi Program Strategis Nasional (PSN) yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan kendaraan yang masuk Jakarta dari kota satelit di sekitarnya dan sebaliknya. Terutama, menjawab tuntutan masyarakat akan transportasi umum yang aman, nyaman dan memiliki ketepatan waktu yang tinggi.
“Proyek LRT Jabodebek pada awalnya mengacu kepada Peraturan Presiden (Perpres) No 98 tahun 2015 Tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi di mana PT KAI (Persero), ditugaskan sebagai kontraktor pembangunan prasarana LRT Jabodebek,” ucap Executive Vice President (EVP) Divisi LRT Jabodebek PT KAI Mochamad Purnomosidi kepada Konstruksi Media di Kantor Divisi LRT Jabodebek, Jakarta Pusat, Selasa, (24/5/2022).
Purnomo, sapaannya, mengatakan, setelah itu terbit Perpres 65 tahun 2016 Tentang Perubahan atas Perpres 98/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi. PT KAI ditunjuk oleh Pemerintah sebagai operator sarana dan prasarana dan penyedia Automatic Fare Collection (AFC) LRT Jabodebek.
“Perubahan terakhir adalah dengan diterbitkannya Perpres 49 tahun 2017 Tentang Perubahan Kedua atas Perpres 98/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi, yang menugaskan PT KAI sebagai penyelenggara sarana dan prasarana LRT Jabodebek,” ujar pria kelahiran Madiun itu.
Ia mengatakan, perubahan tersebut meliputi pengadaan sarana, pengoperasian sarana dan prasarana, perawatan sarana dan prasarana, pengusahaan sarana dan prasarana, dan menyelenggarakan sistem tiket otomatis (Automatic Fare Collections/AFC) dan termasuk pendanaan pembangunan LRT Jabodebek.

Tantangan Proyek LRT Jabodebek
Menurut Purnomo, pembebasan lahan menjadi tantangan terbesar pertama dalam proyek pembangunan LRT Jabodebek. Memerlukan waktu yang lama untuk melakukan pembebasan lahan, terutama pada area Depo LRT Jabodebek di daerah Jatimulya, Bekasi Timur, sehingga mengakibatkan pekerjaan konstruksi menjadi terlambat untuk dimulai.
“Tantangan selanjutnya adalah pandemi Covid-19 pada tahun 2020, membuat laju produktivitas pekerjaan konstruksi dan pengujian sarana dan prasarana menjadi melambat,” ujar Purnomo.
Ia mengatakan, respons yang dilakukan terhadap kedua tantangan tersebut adalah dengan tetap menjaga kemajuan pekerjaan dan mengajukan penggeseran waktu, walaupun mengakibatkan munculnya cost overrun.
Tantangan yang terakhir, kata dia, adalah teknologi. Pasalnya, prasarana dan sarana yang diaplikasikan pada proyek LRT Jabodebek merupakan teknologi baru dan belum diterapkan di Indonesia sebelumnya.
“Sehingga prasarana dan fasilitas uji belum tersedia dengan penuh, maka untuk keperluan pengujian terhadap sarana dan prasarana LRT Jabodebek menggunakan prasarana, fasilitas dan sistem yang masih dalam proses konstruksi,” ucapnya.
Sehingga dalam hal ini, kata Purnomo, pengaturan dan pengelolaan penggunaan lintas dan fasilitas pada jalur utama (mainline) menjadi hal yang sangat penting. Ia mengatakan, KAI membuat pengaturan dan penjadwalan penggunaan prasarana dan fasilitas pada jalur utama tersebut.
Menurut dia, rangkaian prosedur uji untuk sistem perkeretaapian otomatis di LRT Jabodebek memerlukan prakondisi dan persyaratan kesiapan sistem serta peralatan yang matang terutama terkait dengan aspek keselamatannya.
“Secara rutin kami melakukan pemantauan terhadap kemajuan, kesiapan, dan pemenuhan persyaratan pengujian tersebut dengan melibatkan semua stakeholder terkait,” ucapnya.
Kejutan LRT Jabodebek
EVP Divisi LRT Jabodebek PT KAI Mochamad Purnomosidi mengatakan, kejutan yang bakal diberikan LRT Jabodebek adalah pengoperasian kereta tanpa masinis dengan menggunakan sistem Communication-Based Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GOA) level 3.
Baca juga: Waskita Karya Akselerasi Proyek Pengamanan Pantai KEK Tanjung Lesung
“LRT Jabodebek merupakan kereta metro pertama di Indonesia yang dioperasikan tanpa masinis. Namun masih terdapat petugas operasional di dalam kereta untuk penanganan kondisi darurat dan pelayanan kepada pelanggan. Petugas ini disebut Train Attendant,” ucap Purnomo.
Ia mengatakan, sistem CBTC adalah pengoperasian kereta berbasis komunikasi, sehingga sistem dapat mengoperasikan kereta dan memproyeksikan jadwal serta disupervisi secara otomatis dari pusat kendali operasi.
Dari segi keselamatan, kata dia, LRT Jabodebek telah terlindungi oleh Automatic Train Protection (ATP) serta interlocking & zone controller yang menjaga over speed dan jaminan pengereman yang andal.
“Interlocking & zone controller berfungsi untuk menjamin tidak ada kesalahan pembentukan rute serta mendistribusikan otorisasi kontrol operasi LRT Jabodebek,” ujar dia.
Untuk melayani masyarakat dengan maksimal, kata Purnomo, KAI berencana menjalankan 560 per hari dengan mengoperasikan 27 trainset LRT Jabodebek, 1 trainset terdiri dari 6 unit kereta. Dengan demikian, terdapat 560 perjalanan LRT Jabodebek yang akan melayani 114.000 pelanggan per hari.

Dalam kondisi normal, 1 trainset LRT Jabodebek berkapasitas 740 pelanggan dengan konfigurasi 174 duduk dan 566 berdiri. Namun jika kondisi padat, LRT Jabodebek dapat menampung 1.308 pelanggan.
Purnomo mengatakan, terdapat 18 stasiun yang akan dilewati LRT Jabodebek, yaitu Stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, Cawang, TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir 1, Cikunir II, Bekasi Barat dan Jatimulya.
Pada saat beroperasi, headway atau waktu antara LRT Jabodebek pada 3 lintas pelayanannya sangat singkat. Headway pada lintas pelayanan 1 antara Harjamukti-Cawang dan lintas pelayanan 3 Jatimulya-Cawang hanya 6 menit.
“Bahkan lintas pelayanan 2 Cawang-Dukuh Atas hanya 3 menit, sehingga dapat mendukung kebutuhan masyarakat dalam pelayanan transportasi yang cepat,” ucap Purnomo.
Fasilitas Manjakan Penumpang
Untuk menunjang kenyamanan para pelanggan saat berada di stasiun, stasiun LRT Jabodebek dilengkapi dengan fasilitas akses berupa eskalator, tangga, lift, toilet, ruang menyusui, musala, ruang kesehatan, Passenger Information Display System (PIDS), passenger announcement dan Closed Circuit Television (CCTV).
“KAI sudah menyiapkan petugas yang siap sedia untuk melayani pelanggan. Petugas tersebut meliputi pengawas stasiun, petugas loket, passenger service, cleaning service, petugas kesehatan dan security,” kata Purnomo.
Sementara fasilitas di atas kereta terdapat kursi prioritas yang dapat digunakan untuk pelanggan disabilitas, ibu hamil, lansia serta ibu yang membawa infant. Selain itu, ada personil yang akan berjaga seperti train attendant, security dan petugas kebersihan.
Dalam mengantisipasi kondisi darurat, kata dia, rangkaian kereta dilengkapi interkom kontak darurat, sensor api dan asap, serta deteksi anjlokan dan tabrakan yang otomatis menghentikan kereta seketika.
“Selain sensor dan alat deteksi, KAI pun telah menempatkan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan palu pemecah kaca di dalam rangkaian LRT Jabodebek,” ucap dia.
Baca artikel selanjutnya: