
Konstruksi Media – PT Kereta Api Indonesia (Persero) menggelar acara Bedah Buku “Didiek Hartantyo: Masinis yang Melintasi Badai” di Gramedia Makarya Matraman, Jakarta. Buku ini merekam kisah inspiratif Didiek Hartantyo dalam memimpin KAI melewati masa-masa krisis, khususnya saat pandemi COVID-19, dengan semangat humanisme, kolaborasi, dan transformasi nyata.
Ditulis oleh Zulfikar Akbar, buku ini menjadi refleksi mendalam tentang bagaimana karakter dan keberanian menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan besar. Didiek memimpin KAI tanpa melakukan satu pun pemutusan hubungan kerja, justru memperkuat inovasi dan solidaritas di tengah tekanan yang luar biasa.
“Transformasi bukan sekadar sistem, tapi soal karakter. Soal keberanian untuk tetap manusiawi di tengah badai,” ujar Didiek.
Melalui pendekatan kepemimpinan yang kolaboratif, Didiek mendorong seluruh insan KAI untuk bersama-sama melewati krisis dengan semangat besar dan harapan. Prinsipnya jelas: “Kita tidak boleh lebih kecil dari masalah. Kita harus lebih besar dari tantangan. Karena setiap krisis menyimpan peluang.”

Zulfikar Akbar menyebut buku ini ditulis secara natural, tanpa dramatisasi, karena kenyataan itu sendiri sudah sangat kuat. “Pak Didiek adalah pemimpin yang tidak menyalahkan keadaan, tapi membangun mindset baru di tengah keterbatasan,” jelasnya.
Vice President Sustainability KG Media, Wisnu Nugroho, juga menyoroti kepemimpinan Didiek yang hadir sebagai sosok formal dan informal sekaligus: mengarahkan struktur sambil membangun budaya kerja melalui keteladanan. “Beliau datang di masa paling sulit, tapi justru menanam nilai dan menghadirkan perubahan,” ujarnya.
Baca juga: KAI Terima Kunjungan Delegasi Polandia Bahas Peluang Kolaborasi Global
Bukti dari transformasi tersebut terlihat dari berbagai terobosan yang lahir di masa kepemimpinan Didiek, seperti:
- Panoramic Train,
- Boarding Face Recognition,
- Fitur Carbon Footprint,
- Penguatan aplikasi Access by KAI,
- Operasional LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Whoosh,
- Pencapaian laba bersih Rp2,2 triliun pada 2024,
- Penghargaan seperti Gatra Award dan Marketer of the Year.
Dengan tema acara “Karya Bukan Aman-Aman Saja: Berani, Berproses, Berdampak”, Didiek menekankan bahwa perubahan besar sering kali lahir dari keberanian dalam keterbatasan.
“Saya tidak ingin dikenang karena jabatan. Saya ingin dikenang karena dampak. Karena kepemimpinan adalah soal nilai, bukan posisi,” tegasnya.
Sebagai penutup, Didiek memberi pesan harapan bagi generasi muda:
“Kalian lahir di era ketidakpastian. Tapi jangan takut. Buku ini adalah bukti bahwa bertahan dan berdampak itu mungkin. This will be done. Bukan janji, tapi komitmen untuk terus melangkah, meski jalannya tidak mudah.”
“Masinis yang Melintasi Badai” bukan buku tentang kesempurnaan, tapi kisah tentang pilihan bermakna di tengah ketidaksempurnaan dunia — bahwa siapa pun, dari posisi mana pun, bisa menjadi bagian dari perubahan besar, asalkan punya keberanian. (***)