HeadlineInfrastrukturJembatanNews

Jembatan Leta Oar Ralan Senilai Rp123,07 Miliar, Konektivitas Baru Maluku yang Menghapus Ketergantungan pada Perahu

Jembatan ini menjadi solusi vital bagi masyarakat yang sebelumnya harus menempuh perjalanan selama 12 jam menggunakan perahu untuk menyeberang dari Pulau Yamdena ke Pulau Larat.

Konstruksi Media – Indonesia sebagai negara kepulauan sangat membutuhkan infrastruktur konektivitas untuk memudahkan mobilitas antarwilayah. Salah satu wujud nyata dari upaya tersebut adalah kehadiran Jembatan Leta Oar Ralan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku (kini Kepulauan Tanimbar).

Jembatan ini menjadi solusi vital bagi masyarakat yang sebelumnya harus menempuh perjalanan selama 12 jam menggunakan perahu untuk menyeberang dari Pulau Yamdena ke Pulau Larat. Kini, dengan adanya jembatan tersebut, masyarakat tidak hanya terbebas dari biaya transportasi perahu, tetapi juga dari ketergantungan pada kondisi cuaca yang kerap menghambat perjalanan laut.

Jembatan Leta Oar Ralan
Jembatan Leta Oar Ralan

Pembangunan Jembatan Leta Oar Ralan dimulai pada tahun 2016 dan rampung dalam waktu tiga tahun. Peresmiannya dilakukan pada tahun 2019 dan dihadiri oleh sejumlah pejabat, antara lain Gubernur Maluku Said Assagaff, Bupati Maluku Tenggara Barat Petrus Fatlolon, Wakil Bupati Agustinus Utuwal, Direktur Jembatan Ditjen Bina Marga Iwan Zarkasi, serta Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XVI Ambon, Satrio Sugeng.

Pembangunan jembatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan program Nawacita untuk membangun dari pinggiran, khususnya kawasan timur Indonesia.

Baca juga: Pemerintah Alokasikan Rp 630 M Bangun 63 Jembatan Gantung di 2026

Dengan panjang 322,80 meter dan lebar 10 meter, jembatan ini menggunakan konstruksi tiang pancang baja berdiameter 600 mm. Sementara itu, struktur bangunan atas menggunakan beton pracetak prategang. Proyek ini menelan biaya sebesar Rp123,07 miliar.

Jembatan Leta Oar Ralan
Jembatan Leta Oar Ralan

Tantangan utama dalam pembangunan jembatan ini adalah keterbatasan alat berat untuk pemancangan dan erection, serta kondisi angin terbuka di lokasi pembangunan yang memiliki kecepatan tinggi, antara 8–15 km/jam. Namun, dengan teknologi dan perencanaan matang, proyek ini berhasil diselesaikan dengan baik.

Kini, Jembatan Leta Oar Ralan bukan hanya penghubung antar pulau, tetapi juga simbol kemajuan dan pemerataan pembangunan di wilayah Indonesia timur. (***)

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp