
Bey mengungkapkan, kondisi Bandara Kertajati semakin sulit setelah maskapai yang melayani rute penerbangan internasional menyetop sementara operasinya. Hal ini berimbas pada turunnya okupansi penumpang di bandara terbesar kedua di Indonesia tersebut.
“Iya, itu kami masih kejar terus. Sekarang okupansi di bawah 1.000 penumpang per hari. Secara ekonomi semakin nombok, tapi ya bagaimana,” ungkap Bey.
Menurutnya, Bandara Kertajati harus terus dipertahankan mengingat salah satu sumber pembangunannya menggunakan bantuan pembiayaan dari sindikasi perbankan syariah, termasuk dari Bank Jateng Syariah sekitar Rp 366 miliar.
Bey memastikan, Pemprov Jabar akan terus berupaya mengoptimalkan Bandara Kertajati, termasuk meminta solusi dari Kementerian Perhubungan terkait pengelolaan bandara ke depannya.
“Harus kami pertahankan karena ada utang juga. Kalau ditutup, bagaimana? Jadi saya sampaikan kemarin, kami sudah lakukan semua, tapi hasilnya seperti ini. Mudah-mudahan ada progres,” ujarnya.
“Saya minta waktu ke Menhub untuk membahas masa depan Kertajati karena beban anggaran dari BUMD cukup berat. Jangan sampai ditutup, karena kalau ditutup, bagaimana dengan pinjaman dari Bank Jateng Syariah?” tutup Bey. (***)