
Konstruksi Media – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong inovasi teknologi melalui peluncuran Konsorsium Riset Teknologi Industri Pertanian berbasis Smart Technology dan Artificial Intelligence (AI) pada Selasa (15/4/2025). Bertempat di Ruang Rapat Pimpinan Gedung Rektorat ITS, inisiatif ini menjadi tonggak kolaborasi strategis lintas institusi akademik dan lembaga riset demi transformasi sektor pertanian nasional.
Rektor ITS, Prof. Ir. Bambang Pramujati, ST., MSc.Eng., Ph.D., dalam sambutannya menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah jangka panjang untuk melahirkan terobosan konkret, khususnya dalam sektor pertanian dan ketahanan pangan. “Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat impor pangan tertinggi, padahal kita memiliki potensi besar. Maka dari itu, pertanian perlu dikembangkan melalui pemanfaatan teknologi,” ujarnya.

Konsorsium ini merupakan hasil sinergi ITS dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Udayana, Universitas Prasetiya Mulya, serta Ehime University dari Jepang. Melalui penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding), kolaborasi ini akan berlangsung selama lima tahun dan dievaluasi secara berkala untuk menjamin efektivitas serta dampak riil dari riset yang dilakukan.
Kepala Pusat Studi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Digital DRPM ITS, Prof. Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT., menyampaikan bahwa pembentukan konsorsium ini merupakan respon terhadap tantangan ketahanan pangan dengan pendekatan teknologi cerdas. “Kami mengusung prinsip Food-Water-Energy Nexus. Pengembangan pertanian harus terintegrasi dengan pemanfaatan air dan energi secara berkelanjutan,” jelasnya.

Salah satu fokus utama konsorsium adalah pengembangan pertanian presisi berbasis AI dan Internet of Things (IoT). Selain itu, konsorsium juga akan mengeksplorasi pemanfaatan limbah biomassa sebagai energi terbarukan, penguatan sistem asuransi pertanian berbasis data sains, serta pengembangan program pascasarjana dan pertukaran mahasiswa antarnegara guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
Tak hanya menggandeng akademisi, konsorsium ini juga melibatkan industri dalam merumuskan arah riset dan menguji penerapan hasil riset di lapangan. “Kami ingin hasil riset ini tidak sekadar menjadi publikasi ilmiah, tetapi teknologi yang siap pakai dan berdampak langsung bagi masyarakat,” tegas dosen Departemen Teknik Komputer ITS itu. (***)