News

ISSC bersama Kementerian PUPR gelar Diskusi Tranformasi Baja Tahan Gempa

Indonesia berada di daerah rawan gempa (ring of fire), sehingga sangat membutuhkan material baja tahan gempa.

Konstruksi MediaIndonesian Society of Steel Construction (ISSC) bersama Kementerian PUPR menyelenggarakan seminar dan focus group discussion industri konstruksi baja mengangkat tema “Transformasi Konstruksi Ramah Gempa Melalui Implementasi Baja Seismic Grade”.

Dalam sambutannya, Wakil Ketua Umum ISSC, Purnama Indra Laksmana, mewakili Ketua Umum ISSC menyampaikannya bahwa kegiatan ini terlaksana untuk menyelaraskan strategi rancang bangun konstruksi baja tahan gempa di Tanah Air.

Hal tersebut sudah sama-sama diketahui bersama bahwa Indonesia berada di jalur ring of fire daerah rawan gempa. “Kita harus berdamai dengan kondisi yang rawan gempa ini (dengan produk baja tahan gempa),” ungkap Indra dalam pembukaannya, Kamis, (17/10/2024).

Pada kesempatan tersebut, Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi Kementerian PUPR, Nicodemus Daud, mengapresiasi penyelenggaraan forum diskusi ini. Menurut dia diskusi ini sangat penting karena Indonesia berada di daerah ring of fire.

Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi Kementerian PUPR, Nicodemus Daud. Dok. Konstruksi Media.

“Acara ini menjadi penting untuk mengenal berbagai informasi khususnya terkait pengolahan dan pengelolaan rantai pasok material baja konstruksi dalam rangka mendukung penyelenggaraan infrastruktur di Indonesia sekaligus menjadi program peningkatan penggunaan material dalam negeri,” ucapnya secara daring.

Nicodemus mengungkapkan, Kementerian PUPR telah banyak mendorong untuk menggunakan baja sebagai material dalam pembangunan infrastruktur dengan berbagai macam regulasi, seperti Peraturan Menteri PUPR No. 13 tahun 2019 tentang Baja Tulangan Beton sesuai dengan SNI. 

“Kemudian yang bagus juga ini adalah kita membentuk ISSC. ISSC merupakan bagian dari komitmen Kementerian PUPR untuk penggunaan baja sebagai material dalam pembangunan infrastruktur saat ini, juga ISSC merupakan bagian dari anggota Masyarakat Baja Tingkat Dunia,” ungkap Nicodemus menambahkan.

Selain itu, Kementerian PUPR juga melakukan bisnis matching forum konsolidasi rantai pasok material konstruksi, hal ini sebagai bentuk penggunaan baja dalam negeri yang berstandar dan produk ramah gempa.

“Kami juga mendorong revisi terhadap spesifikasi dan SNI baja yang disesuaikan dengan perkembangan data seismik nasional” paparnya.

Dirinya menuturkan pada tahun 2025 kebutuhan penggunaan baja sekitar 1,1 juta ton, sementara jika menghitung pembangunan hingga 2029 dengan rencana belanja yang ada kebutuhan baja 19,1 juta ton. “Artinya masih banyak kebutuhan yang perlu kita siapkan. Namun demikian , sudah sama-sama kita ketahui bahwa Indonesia merupakan daerah ring of fire dan rawan gempa, bahkan kontur gempa ada di seluruh Indonesia. Karena kondisi tersebut struktur bangunan maka harus di tata dan didesain menggunakan material tahan gempa. Dan diperlukan material ramah gempa yang mampu untuk menahan gempa,” ungkapnya.

Kembali dirinya menegaskan bahwa ini yang menjadi keinginan pemerintah mendorong penggunaan baja tahan gempa dalam negeri, karena bagaimanapun juga kondisi biografi Indonesia berada di daerah rawan gempa.

Dirinya menyebut ada beberapa tantangan yang dihadapi salah satunya bahan material impor yang cukup besar seperti pre engineering building, dan masih terdapat baja tulangan yang pada praktiknya tidak sesuai SNI, dan lainnya. 

“Saya berharap dalam kegiatan ini semua stakeholder dapat berkolaborasi meningkatkan material baja konstruksi tahan gempa,” tutupnya.

Untuk diketahui, kegiatan ini juga dihadiri oleh para pembicara dari praktisi, akademisi, dan anggota ISSC termasuk PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Krakatau Posco, dan pabrikan baja dalam negeri lainnya.

Baca Juga :

Artikel Terkait

Back to top button