Konstruksi Media – Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia. Ada aturan (regulasi), ada keteraturan (standarisasi/SOP), ada ketegasan, ada kedisiplinan, ada kepatuhan (compliance), ada hukuman (punishment), ada penghargaan (reward), ada kepemimpinan (leadership), ada contoh teladan (role model), ada hikmah (lesson learned), ada kebiasaan (habbit), ada budaya (culture).
Salah satu Tokoh K3 Nasional Ir Supandi, MM, menyebutkan, sebab manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia punya akal dan pikiran serta budi.
“Sebagai sebuah gerakan, K3 harus dilakukan secara menyeluruh, serentak, dan berkesinambungan. Supandi menganalogikan perjalanan air yang mengalir dari sumber mata air di bagian hulu hingga digunakan di rumah-rumah. Berapa banyak pipa yang digunakan,” terang Supandi, Senin, (24/10/2022).
Dia mengatakan, pipa-pipa itu harus terus dirawat, diawasi, dan dipelihara supaya air bisa tetap mengalir dan tidak terjadi hambatan. Jika terjadi hambatan, aliran air akan tersumbat. Tugas K3 adalah menihilkan hambatan, minimal mengurangi hambatan.
“Jadi K3 itu harus dalam bentuk gerakan, bukan hanya pelajaran,” kata Supandi suatu ketika kepada Konstruksi Media.
Menurut dia, budaya K3 sangat bertaut erat dengan budaya maintenance. Pemeliharaan, perawatan, dan pengawasan merupakan bagian dari upaya preventif, supaya tidak terjadi hambatan, tidak terjadi kecelakaan dan hal-hal lain yang tidak diinginkan bersama. Mindset (pola pikir) harus diubah; dari kuratif menjadi preventif.
Baca Juga : Ir SUPANDI, MM: Mabuk Ikan Patin, K3, & Sampah Pikiran (1)
“Kita biasa bergerak atau tergerak ketika peristiwa sudah terjadi, ketika korban sudah berjatuhan, ketika isak tangis sudah membahana di mana-mana,” jelasnya.
Dia mengatakan, akan tetapi mengubah mindset bukan perkara mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Melainkan perlu upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak dan dilakukan secara terus menerus (kontinyu) dan berkesinambungan.
K3 menyangkut aturan. Bicara soal aturan, masyarakat Indonesia punya penilaian yang menurut Supandi aneh. Aturan menjadi sesuatu yang ditakuti, sehingga orang-orang berusaha untuk mematuhinya.
Tapi sekadar memenuhi aturan (compliance) sehingga ada sikap kepura-puraan, kepalsuan. Sikap ini justru akan menjadi awal dari segala bentuk pelanggaran aturan sekaligus membuka pintu bagi kedatangan malapetaka.
“Aturan dan SOP kemudian juga menjadi beban. Padahal aturan dan SOP dibuat untuk membereskan atau menyelesaikan ketidakteraturan. Aturan bukan untuk ditakuti dan dijadikan beban tetapi dijadikan keyakinan bahwa dengan aturan, bisa menyelesaikan sesuatu dengan baik sehingga kita bisa terhindar dari segala hal yang tidak diharapkan,” beber dia.
Pada sisi lain, aturan juga mesti dibuat sehingga mudah dimengerti dan dipahami sehingga aturan bisa dilaksanakan setiap orang dengan perasaan senang (happy). Aturan harus dibuat dan disusun untuk memberikan kesadaran sehingga orang yang melaksanakan aturan akan dengan penuh kesadaran menjalankan dan mematuhinya.
Sarjana Teknik Metalurgi ini mengritisi soal sanksi dalam aturan yang acap ‘dipermainkan oknum’. Tingkah tak terpuji ini justru hanya akan merusak tujuan dari dibuatnya aturan itu sendiri.
“Mari kita membuat aturan yang mudah dipahami, dilaksanakan, kemudian orang itu happy melaksanakannya. Jangan sampai saat membuat aturan diselipkan keuntungan pribadi. Nah, kalau di awal membuat aturan untuk membuat keuntungan kelompok atau golongan, ini yang akan merusak budaya kita,” tutur dia.
K3 juga bukan alat pelengkap (supporting), yang hanya dibutuhkan ketika terjadi insiden dan kecelakaan. Pun demikian dengan anggapan bahwa K3 hanya urusan petugas K3 yang berseragam merah.
“K3 adalah urusan dan tanggung jawab kita semua. Baik di perusahaan maupun dalam lingkungan sosial kemasyarakatan hingga di lingkungan rumah,” tegas Supandi.
Lebih jauh, Supandi mengungkapkan bahwa dirinya tak segan untuk berbagi ilmu K3 dengan dan kepada siapa saja. Tak terkecuali di lingkungan sekolah cucunya di Bandung. Di sekolah sang cucu, Supandi tanpa diminta para guru, mengajar tentang dasar-dasar K3 kepada anak-anak, yang tentunya disesuaikan dengan usia para siswa. Tak hanya dasar-dasar K3, di sekolah sang cucu, Supandi juga mengajarkan tentang lingkungan. Materinya adalah hal-hal sederhana dan ada dalam kehidupan sehari-hari. (Hasanuddin/bersambung)
BIODATA SINGKAT
Tempat/tanggal lahir : Sumedang, 5 Agustus 1950
Status : Single parent
Anak : 2
Cucu : 2
Pendidikan
- SR Conggeang II, Conggeang, Sumedang (1956 – 1962)
- SMP Nagrak, Buahdua, Sumedang (1963 – 1964)
- SMP Negeri I Sumedang (1964 – 1965)
- SMA Negeri Sumedang (1966 – 1968)
- Akademi Industri Militer/Akademi Industri Logam (1971 – 1975)
- Sarjana Teknik Metalurgi, Sekolah Tinggi Teknologi Bandung/Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani)
- Magister Manajemen (MM), Universitas Satyagama Jakarta
- Kandidat Doktor Ilmu Komunikasi USahid (sekarang)
Pengalaman Kerja
- Tahun 1975 – 1978 Pegawai Proyek Metal Industries Development Centre Bandung Counterpart Expert bidang Maintenance In Engineering Industry
- Tahun 1978 – 2002 Pegawai Balai Besar Pengembangan Industri Logam dan Mesin
Staf Seksi Teknik Mesin, Kepala Seksi Penelaahan Produk, Kepala Seksi Penyambungan Logam dan Konsruksi, Kepala Bagian Tata Usaha, Tenaga Pengajar pada Kursus-Kursus Industri Karoseri (ASKINDO), Pemimpin Proyek Pengembangan Industri Logam, Koordinator Program CMMS di Industri Engineering (UNIDO), Konsultansi Penerapan ISO 9000 di Industri Logam, Tenaga Ahli Nasional Bidang Otomotif, DHV Consultan
- Tahun 1996 – 2003 Yayasan Dharma Bakti Astra
Ketua Klinik Konsultasi Bisnis, Manager Business Development Services
- Tahun 1997 Pengembangan Masyarakat Dayak Kalimantan Timur (CD Project)
- Tahun 1998 Pengembangan Masyarakat Perani Akar Wangi, Garut
- Tahun 1996 – 1998 Penasihat Khusus Pengembangan IKM Kabupaten Pasuruan
- Tahun 1993 – 1997 Pengajar di Univ Jend Achmad Yani Jurusan Teknik Metalurgi
- Tahun 1996 – 1998 Pengajar di STT Informatika, Bandung
- Tahun 2002 – 2004 Balai Riset dan Standardisasi Banjarbaru Kalimantan Selatan
Kepala Balai, Penanggung Jawab Laboratorium Uji Lingkungan & Kimia Baristand Banjarbaru
- Tahun 2004 – 2006 Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Bandung
Kepala Bidang Sertifikasi, Manajer Lembaga Sertifikasi Personil (B4TPC), Manajer Laboratorium mekanik B4T, Tim Assesor B4T-QSC
- Juni 2007 – Desember 2008 PT Bina Mutu Prima Indonesia
- Desember 2011 – sekarang PT AWI (Angklung Web Institute) Bandung sebagai Komisaris
- Tahun 2012 – Tahun 2017 PT UNILAB PERDANA sebagai Direktur
- Tahun 2018 – sekarang PT UNILAB PERDANA sebagai Direktur Utama.
Baca Artikel Selanjutnya :