INFONews

Inovasikan Pupuk Ramah Lingkungan, Tim Mahasiswa ITS Raih Juara di UI

Inovasi ini berhasil meningkatkan serapan nutrisi tanaman hingga 70 persen dan mengurangi penggunaan pupuk sebesar 42,8 persen.

Konstruksi Media — Lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menginovasikan pupuk ramah lingkungan.

Kelimanya merupakan mahasiswa ITS dari Departemen Teknik Kimia. Berkat inovasinya tersebut, tim mahasiswa bernama Maxteam ini sukses meraih juara 3 pada ajang Chemical Product Design Competition (CPDC) dalam acara Process and Green Engineering Days (PGD) 2025 di Universitas Indonesia (UI), (26/4) lalu.

Membawa inovasi bernama Bloomie, tim ITS ini mengusung konsep produksi pupuk lepas lambat berbahan dasar limbah kulit pisang dan limbah ampas tebu. Pupuk ini dimodifikasi menggunakan carbon nanodots untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis tanaman.

Inovasi ini berhasil meningkatkan serapan nutrisi tanaman hingga 70 persen dan mengurangi penggunaan pupuk sebesar 42,8 persen, sehingga lebih hemat dan ramah lingkungan dibandingkan pupuk konvensional.

Ketua Tim Maxteam ITS Mochamad Valen Bagus Jutawan menyampaikan bahwa inovasi ini tidak hanya menawarkan efisiensi dalam sektor pertanian, tetapi juga mengatasi permasalahan limbah kulit pisang dan limbah ampas tebu yang kurang termanfaatkan.

“Dengan menggunakan prinsip kimia hijau, pupuk ini mendorong pertanian berkelanjutan dan pengelolaan limbah organik secara produktif,” papar Valen.

 Mahasiswa ITS
Lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menginovasikan pupuk ramah lingkungan. Dok. Ist

Sebagai bentuk nyata komitmen terhadap pengurangan emisi karbon dan penerapan prinsip berkelanjutan, pemuda yang biasa disapa Valen ini menjelaskan bahwa proses produksi Bloomie berhasil memenuhi 9 dari 12 prinsip kimia hijau.

“Pencapaian ini memperkuat dedikasi tim dalam menghadirkan inovasi ramah lingkungan dan berkontribusi terhadap masa depan yang lebih baik,” tuturnya.

Dari sisi performa, menurut Valen, pupuk ini mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air hingga 50,67 persen, meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi tanaman, serta mempercepat pertumbuhan akar dan produktivitas tanaman dengan peningkatan hasil panen sebesar 14 persen.

“Hasilnya, pupuk ini terbukti dapat menghemat biaya pertanian hingga Rp 1,38 juta per hektar per bulan,” ungkap mahasiswa asal Lumajang ini.

Lebih lanjut, Valen menjelaskan bahwa Bloomie lahir dari keresahannya terhadap pencemaran lingkungan akibat residu pupuk kimia dan limbah organik yang belum termanfaatkan dengan baik.

“Penggunaan pupuk konvensional berlebihan seringkali menyebabkan kerusakan tanah dan pencemaran air, sementara limbah pertanian terus menumpuk tanpa solusi yang efektif,” jelas pemuda kelahiran 2004 itu.

Dibimbing oleh Dr Bramantyo Airlangga ST, Maxteam yang juga beranggotakan Arif Pawoko, Regina Julia Ardi, Shafa Annisa Ramadhani, dan George Gabriel Wongady Sosang ini juga menggagas sebuah program Corporate Social Responsibility (CSR).

“Kami berencana untuk melakukan pembibitan dan budidaya tanaman hortikultura menggunakan produk pupuk lepas lambat kepada masyarakat,” imbuh Valen.

Sebagai penutup, Valen menuturkan bahwa keberhasilan timnya ini jugai berkontribusi langsung terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 13 tentang aksi iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca akibat residu limbah pupuk kimia.

“Kami berharap Bloomie dapat memberikan dampak nyata bagi pertanian di Indonesia,” tutup Valen optimistis.

 

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp